Ciptakan Kampus Inklusi,  Disabilitas Punya Kesempatan Belajar dan Berkarier di Bidang Perkapalan

Ciptakan Kampus Inklusi, Disabilitas Punya Kesempatan Belajar dan Berkarier di Bidang Perkapalan

Surabaya, Ditjen Vokasi - Perguruan tinggi vokasi terus bertransformasi untuk menghadirkan layanan pendidikan vokasi terbaik bagi semua, termasuk penyandang disabilitas. Salah satunya adalah dengan meningkatkan akses bagi penyandang disabilitas. Dengan demikian, para penyandang disabilitas akan memiliki peluang besar untuk tidak hanya belajar, tetapi juga bekerja di sektor maritim dan perkapalan. 


Saat ini, upaya menghadirkan kampus inklusi disabilitas di bidang maritim dan perkapalan tengah dirintis oleh Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) dan tiga politeknik lainnya, yakni Politeknik Negeri Batam (Polibatam), Politeknik Negeri Manado (Polimdo), dan Politeknik Maritim Negeri Indonesia (Polimarin). Sebagai langkah nyata, PPNS memfasilitasi pertemuan Industrial Advisory Board (IAB) pada 11 April 2023 lalu.


Pertemuan IAB tersebut dihadiri oleh perwakilan dari enam perusahaan galangan kapal, yakni PT PAL Indonesia (Persero), PT Adiluhung Sarana Segara Indonesia, PT Dok Pantai Lamongan, IPERINDO (Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia), PT Dumas Tanjung Perak Shipyard, dan PT Samudera Sinar Abadi Shipyard. Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas kesiapan mitra industri dalam mempekerjakan lulusan penyandang disabilitas. Pada pertemuan tersebut, PPNS dan politeknik mitra lainnya juga menyatakan kesediaan untuk membuka akses yang lebih luas bagi calon mahasiswa penyandang disabilitas. 


Sebagai informasi, pertemuan IAB didukung penuh melalui Skill for Prosperity Program (SfP) yang dilaksanakan oleh International Labour Organization (ILO) dan didanai oleh Pemerintah Inggris. SfP juga telah mendukung penguatan IAB di masing-masing empat lembaga untuk memperkuat link and match antara pendidikan vokasi dan kebutuhan industri. 


Sebelum pertemuan IAB tersebut, PPNS juga telah bekerja sama dengan Sasana Inklusi & Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB), sebuah lembaga swadaya masyarakat dan industri perkapalan untuk meningkatkan akses bagi penyandang disabilitas untuk kuliah dan bekerja di industri maritim dan perkapalan. 


SfP-Indonesia bekerja sama dengan SIGAB untuk melakukan serangkaian self-assessment inklusi disabilitas di empat politeknik dari Oktober 2022 hingga Januari 2023. Setelah asesmen, politeknik mengidentifikasi program studi mana yang dapat menerima pendaftaran penyandang disabilitas dan mengakomodasi jenis disabilitas tertentu.


Direktur PPNS, Eko Julianto, mengatakan, “PPNS terinspirasi oleh bagaimana University of Strathclyde Inggris memfasilitasi lingkungan belajar yang sangat mendukung bagi mahasiswa dan dosen penyandang disabilitas. Hal tersebut kami lihat saat kunjungan kami ke kampusnya pada Oktober 2022.” 


Menurut Eko, PPNS dan SIGAB telah menandatangani nota kesepahaman pada tahun 2022 untuk meningkatkan akses pendidikan bagi penyandang disabilitas.


Selain dengan SIGAB, PPNS juga bekerja sama dengan INKLUSI, program kemitraan Indonesia-Australia yang didanai oleh pemerintah Inggris. INKLUSI bertujuan untuk mempromosikan masyarakat inklusif dengan meningkatkan partisipasi dan manfaat bagi kelompok marginal dalam pembangunan sosial, budaya, ekonomi, dan politik di Indonesia. 


Dengan dukungan dari INKLUSI, SIGAB akan memberikan bantuan secara teknis dalam rangka peningkatan kapasitas bagi dosen dan mahasiswa PPNS menuju transformasi kampus menjadi politeknik yang inklusif. 


Sementara itu, Kepala Unit Pengembangan Sumber Daya Manusia IPERINDO, Kharisma Kholif Viranata, mengatakan bahwa penyandang disabilitas memiliki peluang besar untuk bekerja di sektor ini. Akan tetapi, beberapa tantangan masih ada dalam hal mempekerjakan mereka. 


“Utamanya untuk jenis pekerjaan yang berisiko tinggi dan memerlukan respons cepat. Perusahaan juga perlu mengakomodasi kebutuhan mereka,” Ujar Kholif.


Saat ini, menurut Kholif, IPERINDO memiliki 214 anggota perusahaan galangan kapal dan galangan kapal yang mempekerjakan banyak pekerja.



Direktur Keuangan, Sumber Daya Manusia, dan Manajemen Risiko, PT PAL Indonesia, Pramusti Indrascaryo, menyampaikan bahwa sebagai perusahaan milik negara, PT PAL telah mempekerjakan penyandang disabilitas pada posisi-posisi tertentu yang sesuai, seperti administrasi dan jabatan pendukung. Namun, masih ada tantangan besar untuk dapat mempekerjakan mereka pada pekerjaan berisiko tinggi.


“Kami masih perlu meningkatkan kesadaran di kalangan karyawan tentang inklusi disabilitas untuk menciptakan lingkungan kerja yang ramah bagi penyandang disabilitas,” tambah Pramusti.


Dosen PPNS, Ambikka, yang turut hadir pada IAB tersebut mengatakan bahwa menurut UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus memastikan bahwa setidaknya 2% dari karyawannya adalah penyandang disabilitas. Ambikka menambahkan bahwa ada peluang bagi penyandang disabilitas untuk bekerja di industri galangan kapal di berbagai bidang, mulai dari fungsi bisnis inti hingga unit pendukung dan rantai pasokan.


Chief Technical Adviser SfP-Indonesia, Mary Kent, mengatakan bahwa kolaborasi antara PPNS dan mitra industrinya (IAB), SIGAB, INKLUSI, dan ILO menunjukkan pendekatan yang progresif. Hal ini diharapkan dapat membuka jalan untuk meningkatkan akses pendidikan bagi penyandang disabilitas di seluruh lembaga pendidikan vokasi dan sektor kemitraan industri mereka. 


“Industri galangan kapal di Indonesia siap merangkul tenaga kerja yang lebih inklusif,” tambah Mary.


Mary menambahkan bahwa upaya yang dilakukan PPNS akan memainkan peranan penting dalam memberikan kesempatan yang lebih bagi luas kaum muda untuk mengakses pekerjaan dan memiliki keahlian dan keterampilan yang layak. Hal ini mendukung komitmen Indonesia terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yakni Pendidikan Berkualitas (Goal 4), Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi (Goal 8), Berkurangnya Kesenjangan (Goals 10), dan Kemitraan untuk Mencapai Tujuan (Goal 17). (ILO/PPNS/Nan/Cecep)