Cerita  Hamidah: Alumnus PPNS yang Sukses di Industri Galangan Kapal

Cerita Hamidah: Alumnus PPNS yang Sukses di Industri Galangan Kapal

Surabaya, Ditjen Vokasi - Perguruan tinggi vokasi tidak hanya diandalkan untuk menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi juga cakap berwirausaha. Salah satunya adalah seperti Hamidah, alumnus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) yang sukses menjadi pengusaha kapal. Lebih dari 400 kapal sudah ia kerjakan melalui bendera Samudra Sinar Abadi Shipyard dan Duta Samudra Shipyard, dua perusahaan yang ia dirikan. 

Nama Samudra Sinar Abadi Shipyard di kalangan industri manufaktur kapal rasanya sudah tidak asing lagi. Bersama anak usahanya, PT Duta Samudra, perusahaan shipbuilder/repairer ini telah mengerjakan lebih dari 400 kapal mulai dari kapal kecil hingga kapal menengah. Kapal-kapal tersebut mulai dari kapal nelayan, perintis, ambulans, dan sebagainya. Perusahaan Hamidah juga membuat kapal-kapal latih untuk sekolah-sekolah vokasi di berbagai pelosok di Indonesia. 

"Kami selalu mengedepankan edukasi dan kerja sama dengan sekolah-sekolah vokasi, baik SMK maupun perguruan tinggi vokasi karena sekolah vokasi perlu diperkenalkan seluas-luasnya tentang dunia industri,” kata Hamidah beberapa waktu lalu. 

Sebagai alumnus vokasi, Hamidah sadar betul peran strategis industri untuk memperkenalkan dunia kerja yang sesungguhnya. Dengan demikian, pendidikan vokasi menjadi sinkron dengan perkembangan industri. Lulusannya pun akan lebih mudah terserap.

Selain PPNS, perusahaan Hamidah juga bekerja sama dengan sejumlah SMK bidang kelautan, seperti SMK Perikanan dan Kelautan Puger, Jember, SMKN 1 Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, SMKN 2 Rembang, Jawa Tengah, dan banyak SMK lainnya.

"Tahun lalu perusahaan anak usaha kami bekerja sama dengan SMK Puger untuk membuat kapal wisata di pantai Bangsring di Banyuwangi," terang Hamidah. 


Berawal dari Papua

Sebelum dikenal sebagai pengusaha kapal, Hamidah yang baru merampungkan program Sarjana Terapan Teknik Perkapalan PPNS pada 2021 lalu ini, terlebih dahulu berkarier di industri galangan kapal. Sejumlah posisi bergengsi pernah diembannya, termasuk menjadi manager engineering kapal. 

"Tapi sebagai anak bangsa yang ingin maju, akhirnya saya memberanikan diri untuk membuka perusahaan sendiri," kata Hamidah 

Bekal ilmu teknik perkapalan yang dipelajari di PPNS serta pengalaman kerja di industri membuat Hamidah memantapkan diri membuka perusahaan. Sebuah sepeda motor tua digunakan Hamidah sebagai modal untuk mengurus legalitas perusahaannya.

"Klien pertama saya dari Papua. Mereka meminta saya mengerjakan kapal untuk Pemda Papua," ujar Hamidah yang memang sudah terbiasa keluar masuk pedalaman Papua.

Dari kebiasaan itu juga, Hamidah menyadari betapa potensialnya industri kapal di Indonesia. Tidak hanya untuk nelayan, tetapi juga untuk transportasi antara pulau kecil dan memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat. 

"Banyak daerah-daerah di Indonesia, khususnya di Indonesia Timur yang memang hanya efisien kalau dijangkau dengan akses laut, kapal,” kata Hamidah.

Bermula dari proyek untuk Papua tersebut, pemesanan kapal-kapal lainnya mulai berdatangan, mulai dari kapal nelayan, kapal ambulans, hingga kapal-kapal latih untuk keperluan pendidikan juga berhasil dibuat oleh Hamidah.

"Kami membuat kapal baik dari fiber, metal, sampai kapal dari kayu juga kami bisa buat," kata Hamidah. 

Seiring kemajuan perusahaan, sebagai alumnus politeknik, Hamidah juga banyak merekrut lulusan dari politeknik. Serupa dirinya, para alumni politeknik dinilai Hamidah cenderung lebih mampu mengeksekusi dan menangani berbagai kendala saat di dunia industri. 

"Mungkin karena mereka lebih banyak praktik jadi lebih siap,” ujar Hamidah.

Tak hanya merekrut pegawai dari politeknik, Hamidah juga menjadikan dua perusahaannya sebagai rumah bagi juga mahasiswa maupun siswa magang. Ia juga kerap turun langsung ke sekolah maupun kampus untuk berbagi ilmu maupun berbagai hal terbaru di industri perkapalan. 

"Kalau saya yang tahu lebih dulu, saya yang kabari. Kalau kampus yang tahu ilmunya lebih dulu, nanti kita kolaborasi. Jadi, benar-benar proses upskilling dan reskilling itu dirasakan sekali manfaatnya dari kolaborasi antara industri dan satuan pendidikan vokasi melalui Merdeka Belajar ini,” ujar Hamidah. (Nan/Cecep)