Cerita Fitri Si Anak Pesisir, Ubah Nasib menjadi MUA dan Mandiri Finansial dengan Kursus Kecantikan
Labuahanbatu Utara - Berasal dari daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) membuat Fitri ingin mengubah nasibnya. Setelah lulus di sekolah menengah di tahun 2019, ia memutuskan untuk langsung bekerja. Akan tetapi, hal itu ternyata tak menjadikannya berkembang. Hingga akhirnya ia mengikuti kursus gratis melalui program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Yuliza, Medan, Sumatra Utara. Kini, ia sudah memiliki rintisan usaha mandiri dan menjadi makeup artist (MUA).
Perjalanannya sebelum mengikuti program PKW cukup berliku. Sebagai anak kedua dari sembilan bersaudara, Fitri juga menjadi tulang punggung keluarga. Ia harus merantau ke Medan setelah lulus SMA dan mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga konter HP.
“Kampung saya jauh dari kota, jalan banyak yang rusak, dan buat dapat air bersih saja susah. Saya pun termotivasi untuk keluar dari kampung dengan bekerja,” ungkap Fitri.
Sebagai orang yang selalu bersyukur, Fitri senang mendapatkan pekerjaan apa saja. Di pekerjaan pertamanya tersebut, ia mendapatkan Rp2 juta per bulan. Walaupun tergolong pas-pasan, ia berusaha untuk tetap mengirimkan uang untuk keluarganya di Labuhanbatu Utara.
Awal Mula Kenal Pendidikan Vokasi
Perkenalannya dengan pendidikan vokasi, khususnya kursus merupakan awal baru bagi Fitri. Saat selesai masa pandemi di tahun 2021, ia mendapatkan pekerjaan baru sebagai pelayan rumah makan. Hingga akhirnya ia pun beralih pekerjaan lagi menjadi babysitter di rumah pimpinan LKP Yuliza. Melihat aktivitas salon dan pembelajaran kecantikan sehari-hari, membuat Fitri tertarik terhadap dunia kecantikan.
“Kata Bu Yuliza kalau kursus reguler yang lengkap bisa sampai Rp10 juta. Saya mana ada uang segitu. Sampai akhirnya, ada program PKW yang gratis,” ujar Fitri.
Mendapatkan persetujuan dari atasannya, Fitri pun diperbolehkan untuk berhenti kerja dan mengikuti kursus bidang tata kecantikan kulit MUA dan Eyelash. Dari kesempatan tersebut, Fitri dapat menggali potensinya di bidang kecantikan.
Dalam program PKW di LKP Yuliza, Fitri mempelajari dunia baru yang sangat berwarna. Ia mempelajari berbagai macam riasan, mulai dari riasan sederhana, wisuda, sampai dengan makeup pengantin. Ia pun mendapatkan pelatihan eyelash dan juga terkait kewirausahaan.
Yuliza mengungkapkan, “Saya jadi tahu bagaimana caranya merintis usaha dan bagaimana mempertahankannya.”
Menurut Fitri, pendidikan vokasi melalui kursus memberikannya bekal menjadi wirausaha muda. Gadis 24 tahun tersebut tidak hanya siap menjadi wirausaha, tetapi memiliki kecakapan dan keterampilan di bidang kecantikan.
Mandiri dan Penghasilan 3X UMK Labuhanbatu Utara
Tak hanya sekadar pelatihan, program PKW pun memberikan bantuan modal kepada peserta didik di LKP, begitupun kepada Fitri. Fitri menyebutkan bahwa hal tersebut sangat membantunya dalam merintis usaha. Mengingat ia bukanlah orang yang berasal dari keluarga berada, ia pun tak memiliki modal yang banyak.
“Untungnya, setelah pelatihan selesai saya dapat berbagai macam alat makeup yang sangat lengkap. Sudah bisa buka usaha jasa MUA,” tutur Fitri.
Berawal menerima jasa makeup di Medan, selang beberapa bulan berjalan, Fitri kembali ke kampung halaman. Fitri merasa peluang menjadi MUA di kampung halaman cukup besar karena masih banyak orang yang belum menjadi MUA dibandingkan dengan di Medan.
Fitri menjelaskan, “Dulu orang-orang kampung tahu saya bisa merias dari live Instagram dan Facebook. Sampai akhirnya mereka juga menyarankan saya untuk pulang ke kampung halaman dan buka usaha di sana saja.”
Di akhir 2023, Fitri pun kembali ke Desa Tanjung Leidong, Kecamatan Kualuh Leidong. Ia pun membuka jasa merias dari rumah ke rumah. Ia pun membuka galeri kecil di rumahnya. Dengan promosi dari mulut ke mulut, usaha rias Fitri pun berkembang. Tidak hanya terkenal di desanya, ia pun sudah menjajaki ke desa dan kelurahan lain, seperti Simandulang, Jatuhan Golok, Bangun Baru, Sungai Payang, Pangkal Lunang. Bahkan, jika ada panggilan klien ke Medan, ia pun bersedia.
“Kalau di kampung, harganya lumayan juga. Untuk makeup pesta, saya dimulai angka Rp250 ribu. Sementara untuk makeup pengantin dimulai dari Rp3-5 juta,” ujar Fitri.
Dari rintisan usahanya tersebut, ia berhasil meraup keuntungan lebih dari Rp6 juta. Nominal tersebut tiga kali lebih besar dibandingkan UMK Kabupaten Labuhanbatu Utara. Menurut Fitri, walaupun rintisan usahanya masih baru, ia pun bermimpi untuk memiliki wedding organizer sendiri. Maka dari itu, ia terus meningkatkan keterampilannya di bidang kecantikan. (Zia/Cecep)