Buka Kedai Kopi, Alumni PKK Ciptakan Racikan Espresso Spesial

Buka Kedai Kopi, Alumni PKK Ciptakan Racikan Espresso Spesial

Sampit, Ditjen Vokasi - Setiap orang memiliki filosofi kopi sendiri. Begitu pun dengan Dimas Riki Prabu yang membuka kedai kopi di usia yang cukup muda, yaitu 21 tahun. Baginya, membuat kopi adalah perasaan yang menciptakan citra rasa kopi. Artinya, perasaan si pembuat kopi akan mempengaruhi rasa pada kopi tersebut. 


Berawal dari mengikuti program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) 2022, Dimas berani membuka usaha kedai kopinya tersebut setelah bekerja terlebih dahulu di Natura Koffie. Dalam waktu beberapa bulan bekerja, Dimas mengambil langkah besar untuk mengembangkan kedai kopi sendiri. 


“Saya melihat peluang besar untuk membuka kedai kopi karena di daerah saya di khususnya di KM 47 Sampit belum ada kedai kopi,” ujar Dimas mengawali cerita. 


Dimas mengatakan bahwa kedai kopinya didesain khusus untuk nongkrong dengan mengkreasikan espresso menggunakan alat rok presso. Ia mengatakan bahwa kreasi racikan tersebut dipelajari selama ia belajar program barista di LKP Borneo Hospitality School (BHS) dan bekerja di Natura Koffie. 



“Karena saya memakai manual, jadi grind size-nya dibuat di angka 3 pada grinder mb600. Sementara itu, gramasi di angka 15 gr dan suhu air 94°c,” jelas Dimas


Secara umum, teknik rok presso ini menggunakan tekanan dan air panas untuk membuat ekstrak pekat dari bahan kopi. Sementara itu, dari hasil racikan ala Dimas, kopi espresso yang disajikan menjadi lebih nikmat meskipun tanpa alat yang mahal sehingga kopi pun menghasilkan konsentrat dengan rasa yang kental dan pekat.  Berbeda dengan kedai kopi lain yang racikan gramasi bisa 14 gr atau ukuran grand size yang lebih tinggi. 


Berani Mengambil Risiko dan Keluar dari Zona Nyaman


Setelah lulus sekolah dan bekerja di salah satu perusahaan kelapa sawit, Dimas merasa bahwa pekerjaan tersebut bukanlah hal yang ia inginkan. Waktu dua tahun lebih bekerja di perusahaan tersebut membuatnya memikirkan kembali apa yang ingin ia perjuangkan.  Hingga akhirnya ia merasa cukup untuk bekerja di perusahaan.


Di masa senggang setelah mengundurkan diri, secara kebetulan ia ditunjukkan jalan lain. Pada bulan Agustus ia mendapatkan informasi mengenai program PKK untuk bidang barista di LKP Borneo Hospitality School (BHS). Dengan memiliki ketertarikan meminum kopi, Dimas tak mau membuang kesempatan tersebut. Ia pun langsung mendaftar dan menjalani proses pembelajaran di program gratis tersebut.


“Awalnya saya hanya penikmat kopi tanpa mengetahui cara membuatnya. Namun, setelah mengikuti pembelajaran saya mulai tertarik untuk belajar lebih dalam tentang dunia perkopian,” tutur Dimas.


Bagi Dimas, waktu belajar di LKP dan bekerja di Natura Koffie sangat berharga. Dari situlah ia memaksimalkan potensi terpendamnya selama ini. Ia merasa puas dapat berkreasi meracik kopi dengan membuka kedai kopi bernama Mbah Subur Coffee. 


Di kedainya sendiri, ia menyediakan jenis kopi robusta dan arabika. Begitu pun ketika ia mengolah espresso menggunakan kedua jenis tersebut. 


Saat  pertama kali membuka kedai di 23 Februari 2023, ia mengajak keluarga dan teman-temannya untuk memeriahkan. Selama satu bulan berjalan, kedai kopinya tersebut sudah menghasilkan omzet di atas rata-rata UMK Kota Sampit. Ia mendapatkan omzet lebih dari Rp4 juta. Tentu saja penghasilannya saat ini sangat berbeda ketika ia masih bekerja sebagai barista ataupun menjadi mandor di perusahaan kelapa sawit. 


Untuk lebih mengembangkan kedai kopinya, Dimas berupaya untuk menggencarkan pemasaran dan promosi melalui media sosial. Selain itu, ia pun ingin menambahkan alat musik seperti gitar atau kahoon sebagai sarana hiburan untuk pengunjung. Dengan strategi tersebut, Dimas berharap bisa menarik minat orang-orang untuk menikmati kopi racikannya. 


LKP Borneo Hospitality School (BHS) Hadirkan Barista Ahli Meracik Kopi


Bergerak di bidang perhotelan, LKP Borneo Hospitality School (BHS) sudah melahirkan ratusan alumni yang kompeten, baik untuk bekerja atau berwirausaha. LKP yang berdiri sejak 2016 itu pun sudah terakreditasi A dan dipercaya rutin untuk mengadakan program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dari Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi untuk kompetensi barista sejak 2021.


Sementara itu, di 2022 sekitar 80% alumni PKK dari LKP BHS sudah bekerja di berbagai industri. Industri yang turut bermitra dengan LKP yang berlokasi di Sampit ini adalah Cafe Bapinang, Cafe Cerita Kopi, Khozaku Cafe & Eatery, Casa Del Gelato And Coffee, Lios Cafe Hotel Aqurius, dan Friendsofmine.co.


“Cafe di kabupaten jumlahnya saat ini ada 160 buah, sedangkan di Palangkaraya berjumlah 400 cafe. Setiap bulan tumbuh dan berkembang dan bertambah antara 10-15 5 cafe yang hadir,” jelas Eko Supriyanto selaku Direktur LKP BHS.


Ia juga menambahkan bahwa hotel-hotel pun menambah coffee shop sebagai suatu fasilitas. Dengan demikian, peluang untuk bekerja menjadi barista, khususnya di Sampit sangat besar. 


Tidak hanya memfasilitasi peserta didik yang ingin bekerja, Eko juga membimbing dan membina alumni yang ingin membuka usaha, salah satunya adalah Dimas.


Selepas program PKK selesai, Eko mengetahui potensi Dimas di dunia perkopian. Ia bukan hanya mampu bereksperimen, tetapi juga memiliki sikap yang ulet dan mau berwirausaha. Untuk itulah, setelah Dimas bekerja di Natura Koffie yang merupakan teaching factory (Tefa) LKP BHS, Eko memberikan arahan mengenai proses pembuatan kedai kopi dan juga manajemennya. 


Eko berharap bahwa langkah berani Dimas bisa memberikan inspirasi bagi alumni dan peserta didik lainnya. Ke depannya ia akan terus melakukan pendampingan secara rutin agar usaha Dimas dapat berkelanjutan. (Zia/Cecep Somantri)