Berkat Matching Fund, Mahasiswa Vokasi Bisa Buat Film Animasi Sekelas Walt Disney Animation

Berkat Matching Fund, Mahasiswa Vokasi Bisa Buat Film Animasi Sekelas Walt Disney Animation

Berkat Matching Fund, Mahasiswa Vokasi Bisa Buat Film Animasi Sekelas Walt Disney Animation


Jakarta, Ditjen Vokasi - Adita Surya Prayoga duduk manis di antara deretan kursi penonton di Studio 8 CGV Grand Indonesia Jakarta bersama belasan rekannya dari Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Semarang, Jawa Tengah. Tempat duduknya hanya berjarak beberapa baris dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, yang juga sedang menonton film yang sama dengannya, “Si Warik The Movie: Ladang Terakhir”, sebuah film animasi karya mahasiswa Program Studi (Prodi) D-4 Animasi, Udinus. 


“Terus terang deg-degan selama filmnya diputar. Kami tunggu-tunggu kira-kira apa ya komentar Pak Menteri. Takut film kami mengecewakan Pak Menteri,” kata Adita beberapa waktu lalu.

Ketakutan Adita nyata tak terbukti. Tanggapan Menteri Nadiem justru disebut Adita di luar ekspektasinya. Adita bahkan tidak menyangka film animasi yang dikerjakan selama kurang lebih tujuh bulan tersebut malah disandingkan dengan Film Animasi Moana, sebuah film animasi karya Walt Disney Animation Studios.

Montage-nya dan integrasi antara 3D dan 2D ternyata sangat diapresiasi oleh Bapak Menteri, malah disamakan dengan Film Moana,” Kata Adita penuh rasa bangga.


Adita adalah hanya satu dari 21 mahasiswa Udinus yang dilibatkan dalam project film animasi Si Warik The Movie: Ladang Terakhir. Sementara itu, produksi film animasi ini sendiri melalui program Matching Fund Vokasi 2022, yakni program pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi yang melibatkan insan perguruan tinggi dan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) untuk bersama–sama terlibat dalam membentuk ekosistem Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.





Menurut Adita, proses produk film animasi Si Warik sendiri memakan waktu sekitar 7 bulan. Produksinya dilakukan di DANDIN Studio yang merupakan studio animasi sekaligus laboratorium praktik untuk mahasiswa Jurusan Animasi, Udinus.

Selama proses produksi, para mahasiswa ini juga didampingi oleh  Manimonki Studio yang menjadi industri mitra dalam pembuatan film animasi tersebut. Ada juga beberapa alumni yang dilibatkan. Mereka umumnya adalah alumni yang memang sudah terjun dalam industri animasi.

“Jadi, dalam project ini kami para mahasiswa benar-benar merasakan sekali bagaimana proses produksi dalam industri animasi yang sebenarnya. Kami langsung praktik dan terlibat dalam semua prosesnya dari awal sampai akhirnya dan itu dilakukan bersama dengan industri animasinya langsung,” kata Adita tentang kesannya selama terlibat dalam pembuatan Si Warik.

Menurut Adita, ada banyak ilmu yang didapat dari keterlibatannya dalam Si Warik, utamanya terkait time management. Adita juga belajar untuk lebih detail dalam mengerjakan sesuatu.


Team works itu sudah pasti. Akan tetapi, bagaimana kita harus bekerja dengan detail itu adalah pengalaman luar biasa karena kalau di dunia kerja itu sangat penting kalau tidak kita akan berkali-kali revisi,” kata Andita.

Dengan soft skills, hard skills, dan pengalaman yang dimilikinya, Adita pun menjadi lebih berani dan punya kepercayaan diri untuk terjun ke industri animasi nantinya. Keberhasilannya dalam produksi film animasi Si Warik akan menjadi portofolio tersendiri yang bisa ia “jual” saat masuk dunia kerja.

Soal soft skills dan hard skills yang meningkat juga diakui Rektor Udinus, Edi Noersasongko. Menurutnya, Si Warik membawa dampak nyata dalam peningkatan kompetensi para mahasiswanya. 


Hard skills dan soft skills mereka benar-benar meningkat sangat signifikan dan seperti kata Pak Menteri. Semoga masa depan mahasiswa kami akan cerah dan terang benderang untuk memajukan industri animasi di Indonesia,” kata Edi.

Para mahasiswa, lanjut Edi, mendapat pengalaman secara langsung dalam pengembangan intellectual property (IP) serta terlibat dalam produk animasi dengan standar industri. 


“Ini adalah modal yang sangat berharga untuk mereka terjun langsung ke industri animasi,” kata Edi.

Tidak hanya mahasiswa yang berkembang kompetensinya, studio animasi milik Udinus juga hidup dan berkembang menjadi bengkel animasi sekaligus sebagai kawah candradimuka yang mengasah soft skills dan hard skills para mahasiswanya.

Saat dimintai tanggapannya terkait dengan film Si Warik, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, mengatakan bahwa Kemendikbudristek terus mendukung upaya-upaya peningkatan kompetensi mahasiswa, salah satunya melalui program Matching Fund. Melalui ekosistem kolaborasi antara pendidikan vokasi dan industri yang kuat, Kiki berharap, pendidikan vokasi menjadi semakin relevan dan bisa menghasilkan sumber daya manusia yang diperlukan oleh industri, dalam hal ini adalah industri animasi.


“Saya berharap akan lebih banyak lagi animator-animator dari kampus-kampus vokasi untuk menggerakkan industri animasi di Indonesia,” kata Dirjen Kiki.




Berdasarkan laporan Asosiasi Industri Animasi Indonesia (AINAKI) tahun 2020, industri animasi di Indonesia merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan cukup signifikan setiap tahunnya dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 26 persen per tahun. Bahkan, saat pandemi Covid-19 sekali pun, industri ini masih cukup bertahan dengan mampu mencapai angka Rp3 triliun rupiah pada 2020.


Pertumbuhan industri animasi diperkirakan akan terus berkembang dengan meningkatnya demand produk animasi pada kanal-kanal over-the-top (OTT), seperti YouTube, Instagram, Netflix, Viu, Goplay, dan sebagainya sehingga industri animasi Indonesia tidak lagi hanya mengandalkan media televisi atau bioskop dalam mendistribusikan produk mereka. Per 2020 setidaknya ada 120 studio animasi yang tersebar di 23 kota di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah.


Adapun untuk rencana ke depannya, Si Warik akan terus dikembangkan. IP karakter dari serial Si Warik ini akan dikembangkan untuk dapat beralih media (IP cluster) dan selanjutnya diarahkan ke komersialisasi (IP commercialization). Pengembangan IP animasi akan mempertemukan subsektor EKRAF dan sektor non-EKRAF, seperti dalam merchandising mainan, fesyen, F&B, dan percetakan. IP Si Warik juga rencananya akan dikembangkan menjadi aset NFT, diwujudkan dalam bentuk variasi gambar avatar karakter dari banyak episode serial Si Warik, serta sejumlah pengembangan lainnya. Proyek Si Warik juga akan terus dijalankan sebagai produk unggulan D-4 Animasi, Udinus. ***