Atasi Badai Seroja, Politeknik Negeri Kupang Kembangkan Maket Rumah Tinggal Regel Tahan Angin Sistem Bracing
Kupang, Ditjen Vokasi – Sebagaimana kita ketahui Indonesia kaya sekali akan kebudayaannya. Salah satu wujud yang bisa kita lihat ialah macam-macam bentuk rumah tradisional. Setiap wilayah di Indonesia memiliki bentuk rumah tradisional yang berbeda-beda. Satu di antaranya ialah rumah regel yang terdapat di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Rumah regel merupakan rumah setengah tembok yang rangka utama bangunannya terbuat dari kayu, dindingnya terbuat dari bebak, rangka atap terbuat dari kayu dan penutupnya saat ini banyak menggunakan seng gelombang. Rumah tinggal regel tidak hanya ditemukan di wilayah pedesaan namun juga di wilayah perkotaan. Rumah ini banyak dibangun oleh masyarakat menengah ke bawah karena pembuatannya yang mudah, bahan baku tersedia, dan harganya murah.
Akan tetapi, keberadaan rumah regel di wilayah ini sangat rawan rusak, apalagi wilayah Indonesia bagian timur khususnya NTT terkenal dengan intensitas anginnya yang cukup besar. Pada tahun 2021, wilayah NTT dihantam badai seroja, di mana bencana ini cukup memporak-porandakan bangunan yang ada di wilayah NTT. Kurang lebih sebanyak 52.793 unit bangunan rusak, bahkan hancur akibat tiupan angin kencang dari siklon tropis badai seroja ini.
Berangkat dari kasus ini, akhirnya civitas academica Politeknik Negeri Kupang yang terdiri atas dosen dan mahasiswa dari Jurusan Teknik Sipil pun melakukan investigasi. Hasil investigasi terhadap kondisi kerusakan yang terjadi pada rumah tinggal regel menunjukkan bahwa perlu adanya perbaikan terhadap konstruksi rumah regel yang ada. Namun demikian, tidak seperti konstruksi bangunan tahan gempa yang telah banyak dikembangkan dan diperkenalkan kepada masyarakat, konstruksi rumah tinggal regel yang tahan angin saat ini belum tersedia. Oleh sebab itu, tim dari Politeknik Negeri Kupang pun melakukan penelitian terhadap masalah ini hingga akhirnya hasil penelitian ini diwujudkan dalam bentuk maket rumah regel tahan angin dengan sistem bracing.
Menurut dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Kupang, Butje A. Louk Fanggi, proses penelitian yang dilakukan hingga menghasilkan produk maket ini cukup memakan waktu. Setelah data terkumpul kemudian mereka membuat miniatur rumah regel sistem bracing untuk diujicoba di Politeknik Negeri Bandung (Polban)
Dari hasil uji coba tersebut, didapatkan data ideal terkait ukuran konstruksi bangunan rumah regal tahan angin.
“Setelah dilakukan uji coba rumah regel dengan sistem bracing ini terbukti mampu bertahan dari terpaan angin kencang sejenis badai seroja. Dari hasil uji coba tersebut kemudian kami visualkan ke dalam bentuk panduan membuat rumah regal yang lebih ramah angin,” ucap Butje.
Pasca-maket tersebut dihasilkan, tim riset pun melakukan sosialisasi kepada pemerintah daerah dan masyarakat setempat terkait struktur dan cara pembuatan rumah regel yang lebih tahan angin.
“Masyarakat sini itu sudah memiliki hitungan tersendiri kalau membuat rumah regel luas rumah dan luas per ruangan itu sudah ada ketentuannya. Ini yang coba kita ubah dengan memberikan edukasi karena kalau masih bertahan dengan cara seperti itu maka nanti sama saja ketika rumah diterpa badai ya akan rusak,” ucap Butje.
Maket rumah tahan angin ini merupakan produk pertama yang ditujukan untuk mengatasi kerusakan bangunan di daerah dengan intensitas angin yang tinggi.
“Sambil mengurus HAKI, kita juga sedang merencanakan untuk pembuatan rumah regel di salah satu pesisir pantai. Tujuannya agar masyarakat bisa langsung melihat penerapannya sehingga mereka juga bisa mengaplikasikan yang harapannya dengan ini semua bisa meminimalisasi terjadinya kerusakan bangunan apabila badai seroja datang lagi,” ujar Butje. (Aya/Cecep)