Siasat PKBM Taman Sekar Bandung menjadi Ruang Inklusi
Bandung, Vokasi PKPLK – Didirikan belasan tahun lalu, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Homeschooling Taman Sekar Bandung yang berkeinginan untuk menjadi wadah pendidikan unggul terus berupaya mengembangkan program pembelajaran, di antaranya program project based learning, success stories, dan reading group. Program-program tersebut dirancang agar PKBM tersebut mempunyai ciri khas dan warna tersendiri.
Heri Djuhaeri selaku pengelola Taman Sekar Bandung mengatakan bahwa inisiatif-inisiatif untuk mengelaborasi berbagai program tersebut memang untuk membuat PKBM yang menampung warga belajar usia SD, SMP, serta SMA tersebut membuat peserta didik mereka senang untuk belajar.
“Kami berpikir bagaimana dapat merancang dan menjalan program khas kami sesuai dengan kebutuhan peserta didik di sini,” terang Heri.
Program-program rancangan itu pun kemudian mengarahkan Taman Sekar Bandung untuk bergerak dan berfokus menjadi ruang pendidikan nonformal yang inklusi. Dari awalnya menerima peserta didik seperti atlet atau artis yang mempunyai kesibukan sehingga tidak bisa sekolah formal sampai menerima peserta didik berkebutuhan khusus.
“Semakin ke sini arah program kami berkembang menjadi lebih inklusi. Mungkin salah satu faktornya karena beberapa fasilitator kita dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan mereka khusus belajar pendidikan nonformal dan informal,” kata Heri sehingga dalam merancang program mengarah ke pendidikan inklusi.
Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak
Selain berupaya untuk menjadi solusi pendidikan alternatif bagi anak-anak yang ingin sekolah nonformal atau belum dapat diterima di sekolah formal, PKBM Taman Sekar Bandung yang terletak Jl. Sukarajin II No. 15, Cikutra, Bandung ini berupaya menghadirkan sistem pembelajaran dan program-program dengan tujuan menumbuhkan rasa percaya diri anak. Untuk pembelajaran reguler biasanya diselenggarakan dalam komunitas setiap dua kali seminggu, baik untuk peserta didik tingkat SD, SMP, atau SMA.
Selain pembelajaran dalam komunitas, juga diselenggarakan pembelajaran jarak jauh, atau siswa belajar secara mandiri di rumah dibantu dengan bahan-bahan yang diberikan oleh tutor. Pembelajaran jarak jauh ini sekaligus untuk mebangun kemandirian bagi anak. Selain itu, model pembelajaran ini juga untuk memperkuat komunikasi antara anak dengan orang tua di rumah, sekaligus memberikan keleluasaan dalam belajar.
Merancang berbagai program bagi peserta didik Taman Sekar Bandung, menurut Heri, memang adalah tantangan tersendiri. Ini dikarenakan untuk setiap program, para tutor harus menganalisis kebutuhan masing-masing anak.
“Misalnya, program project based learning. Di Program ini outing dan project saling berhubungan. Project berjalan kemudian akan ada outing. Nah, setiap akhir semester kami sebarkan angket ke peserta didik. Biasanya mereka akan memilih project apa dan kemudian kami menentukan kebutuhan mereka,” terang Heri.
Nilai positifnya, terang Heri, setiap program dijalankan dengan menyesuaikan kebutuhan peserta didik akan menumbuhkan rasa percaya diri anak. Bahkan, contoh kasus pada satu peserta didik Taman Sekar Bandung yang pernah mendapat perundungan di salah satu sekolah formal sehingga tidak mau sekolah bahkan tidak mau keluar kamar tidurnya. Program yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi anak, lanjut Heri, akan membangun suasana lebih homey dan hangat ketika tutor berinteraksi.
“Salah satu contohnya, pernah ada anak dibawa untuk trial akhirnya dia mau bersekolah kami. Anak ini kemudian berhasil membangun kepercayaan dirinya dan saat ini menjadi fotografer. Banyak kisah seperti ini. Suasananya benar-benar homey dan hangat,” terangnya.
Heri bercerita, lulusan Taman Sekar Bandung bahkan banyak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, bahkan rata-rata ke luar negeri. Di Indonesia, mereka banyak berkuliah di Universitas Padjadjaran, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Indonesia, dan Universitas Telkom.
“Banyak dari mereka kuliah di luar negeri. Mungkin karena teman-teman homeschooler ini punya waktu lebih banyak dan bisa mengembangkan potensi di luar, misal mereka ikut les bahasa Inggris, Jepang, Jerman,” kata Heri. (Esha/Dani)