Polinema-INKA Wujudkan Kerja Sama Multiplier

Madiun, Ditjen Diksi - Berkolaborasi adalah kunci untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik di masa depan. Seperti halnya dengan keterlibatan industri dalam dunia pendidikan yang jelas memiliki peran penting dalam menjaga keselarasan kurikulum yang ada. Hal inilah yang telah dilakukan sejak lama oleh Politeknik Negeri Madiun (Polinema) dalam mengimplementasikan “perkawinan” antara politeknik dengan industri.

M. Fajar Subkhan selaku Direktur Polinema menegaskan, fokus Polinema adalah mencetak lulusan-lulusan yang kompeten, salah satunya adalah dengan mengoptimalkan peran pemerintah. “Tentu menciptakan iklim yang baik harus dimulai dari membuat satu instrumen peraturan atau instrumen hukum. Selain itu juga diperlukan semacam program yang diinisiasi oleh kementerian untuk bisa mendorong penyelenggara pendidikan vokasi untuk bisa lebih kuat lagi, untuk lebih bisa berkembang lagi,” ujarnya saat dikunjungi oleh tim Mitras DUDI beberapa waktu lalu.

Fajar menambahkan, dalam menghasilkan lulusan vokasi yang kompeten untuk bekerja, politeknik harus mampu membuka peluang bagi SDM yang tersedia untuk terus melakukan up-skilling dan re-skilling menyesuaikan dengan kebutuhan industri. “Dalam hal ini tentu harus ada upaya untuk pembenahan SDM, misalnya dengan up-grading dan up-skilling mereka untuk bisa mengikuti suatu sertifikasi keahlian, sesuai dengan keahlian masing-masing. Ataupun juga dengan magang di industri supaya mereka bisa mengikuti perkembangan industri yang bisa ditularkan kepada mahasiswa,” paparnya. 

Sebagai politeknik yang memiliki fokus pada bidang perkeretaapian ini, implementasi kesembilan paket “link and match”, seperti ketersediaan sarana dan prasarana, tenaga pengajar yang berasal dari ahli dan praktisi, serta kurikulum yang terus dikembangkan, menjadi salah satu kiat untuk menciptakan iklim industri di lingkungan kampus. Adapun untuk mewujudkan “link and match” antara dunia industri dengan dunia pendidikan, terang Fajar, membutuhkan resources yang tidak sedikit.

“Tentunya kita harus menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten, peralatan laboraturium dan bengkel yang memadai, kemudian melibatkan praktisi industri mengajar di kampus. Iklim industri seperti ini tentu akan bisa mewujudkan iklim yang baik di dunia kerja,” jelas Fajar.

 

Gandeng INKA

Polinema sendiri diketahui memiliki program studi (prodi) perkeretaapian, seiring bidang transportasi yang turut menjadi fokus utama pemerintah dalam membangun suatu wilayah. “Secara fokus memang Politeknik Negeri Madiun ini memiliki bidang unggulan yang dididik dengan menyelenggarakan salah satu prodi, yaitu D4 perkeretaapian,” ujar Fajar.

Terlebih, kehadiran PT INKA sebagai mitra industri bagi Polinema telah menginspirasi program studi lain untuk turut serta menjalin kerja sama dengan perusahaan lainnya di bawah naungan BUMN perkeretaapian ini. “Di dalam perjalanannya, ternyata kerja sama kami dengan PT INKA dalam mengelola perguruan tinggi ini akhirnya berimbas pada hubungan prodi lain untuk bisa bekerja sama dengan anak perusahaannya. Ini dikarenakan secara penyediaan komponen, anak perusahaan ini memiliki spesifikasi khusus, misalnya perusahaan yang men-support bidang elektronika,” ungkap Fajar. 

Karenanya, kerja sama multiplier ini tentunnya akan mempermudah proses pembentukan iklim industri di lingkungan kampus, sehingga kurikulum dan kompetensi lulusan mahasiswa dapat terus terjaga. “Pengalaman kami, kerja sama dengan PT INKA di program studi perkeretaapian ini tidak hanya untuk program studi perkeretaapian, tetapi juga memberikan multiplier efek bagi prodi-prodi lain untuk bisa bekerja sama dengan PT INKA, anak-anak perusahaan maupun dengan perusahaan mitra lainnya,” pungkas Fajar. (Diksi/TM/AP/GS)