Pendidikan Vokasi yang Berkelanjutan, 28 SMK Meraih Predikat Sekolah Adiwiyata Nasional dan Mandiri 2024
Jakarta, Ditjen Vokasi – Sebanyak 28 SMK berhasil meraih predikat Sekolah Adiwiyata 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada beberapa waktu yang lalu.
Program Sekolah Adiwiyata merupakan salah satu inisiatif dari pemerintah melalui Kementerian KLHK yang bertujuan untuk mendorong sekolah menjadi lembaga pendidikan yang peduli dan berbudaya lingkungan.
28 SMK yang mendapatkan penghargaan tersebut menunjukkan komitmen kuat mereka terhadap penerapan pendidikan vokasi berbasis lingkungan. Program ini mendorong pengembangan pendidikan yang berwawasan lingkungan, yang tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga praktik langsung melalui kegiatan-kegiatan ramah lingkungan di sekolah. Hal ini sejalan dan terintegrasi dengan pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Perubahan Iklim yang digaungkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong, mengingatkan pentingnya peran sekolah dalam menciptakan generasi penerus yang peduli dengan lingkungan hidup.
“Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran penting di dalam mengubah perilaku, membentuk karakter, dan menciptakan generasi penerus bangsa yang peduli akan lingkungan hidup,” ujarnya.
Alue menambahkan bahwa pendidikan lingkungan dapat berupa proses yang berkelanjutan sepanjang hayat.
“Semakin dini kita menanamkan pentingnya kesadaran lingkungan hidup, semakin besar peluang kita untuk menciptakan dunia yang lebih baik serta lingkungan yang lestari dan berkelanjutan,” tutur Alue.
Senada dengan hal tersebut, Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Tatang Muttaqin, menuturkan bahwa sejalan dengan program Sekolah Adiwiyata, Kemendikbudristek menggaungkan implementasi pendidikan perubahan iklim. Implementasi ini tidak hanya untuk menyiapkan generasi yang mampu menghadapi masa depan yang lebih berkelanjutan, tetapi juga menyiapkan talenta sebagai langkah penting untuk membekali siswa dengan keterampilan hijau.
“Pendidikan perubahan iklim bukan hanya sekadar upaya meningkatkan kesadaran umum tentang perubahan iklim, tetapi juga sebagai langkah penting untuk membekali siswa dengan keterampilan hijau yang akan mengantarkan mereka untuk menghadapi perkembangan teknologi dan green jobs pada masa yang akan datang,” ujar Tatang.
Tatang menambahkan integrasi pendidikan lingkungan di SMK menjadi penting karena dapat menghubungkan keahlian vokasi siswa dengan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan. Dengan demikian, lulusan SMK tidak hanya siap bekerja di dunia industri, tetapi juga memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian alam.
Sementara itu, Heri Susanto, penanggung jawab program Sekolah Adiwiyata, SMKN 2 Godean, Sleman, Daerah Istimewa (D.I.) Yogyakarta, menyampaikan bahwa program Adiwiyata ini adalah tentang kebiasaan pola hidup bersih dan sehat. Dalam penerapan program Adiwiyata, siswa SMK tidak hanya diajarkan materi-materi tentang lingkungan, tetapi juga terlibat langsung dalam berbagai kegiatan pelestarian alam, seperti kegiatan daur ulang, penghijauan, dan pengurangan penggunaan plastik.
“Kita harus menanamkan standar yang tinggi untuk kebersihan lingkungan sekolah. Selain itu, penting bagi kita untuk mengenalkan sejak dini terkait pentingnya menjaga lingkungan. Perlu digaris bawahi bahwa Sekolah Adiwiyata ini bukanlah lomba tetapi kebiasaan,” ucap Heri.
Sebagai informasi, 28 SMK yang meraih predikat Sekolah Adiwiyata terbagi dalam dua kategori, yakni kategori Sekolah Adiwiyata Nasional sebanyak 18 SMK dan kategori Sekolah Adiwiyata Mandiri sebanyak 10 SMK. (Aya/Cecep)