Lulusan SMK pun Bisa Mendunia!

Jakarta, Ditjen Diksi – Revolusi industri 4.0 telah memunculkan berbagai inovasi teknologi pembaruan yang sudah mulai banyak dikembangkan. Hal tersebut juga diimplementasikan oleh seorang lulusan SMKN 7 Semarang, Arfi’an Fuadi, yang kini menjadi founder D’Tech yang berhasil melakukan berbagai inovasi hingga mengantarkan karya-karyanya di kancah internasional.

Arfi’an pun memulai kisahnya pada 2010, yakni saat dirinya mulai bekerja di salah satu perusahaan internasional yang di dalamnya diisi oleh beragam ekspertis. “Kami mulai dari situs crop sourcing. Jadi, ada orang yang jago desain, dan hampir semua ekspertis ada di situ,” ujar Arfi’an dalam Webinar Inspiratif (29/7).

Melalui corp sourcing, Arfi’an mendapatkan klien dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat dan Kanada, yang telah menggunakan produk inovasi buatannya. “Klien sudah menyebar ke beberapa negara. Tapi, paling banyak mendapat klien dari Amerika,” ungkapnya.

Kemudian pada 2013, Arfi’an dan timnya mengikuti kompetisi untuk membuat desain bricket mesin jet, serta berhasil membawa pulang medali juara 1. “Karena kalau menang sekali itu kurang mantap, kita ikut lagi tahun 2017 dengan desain alat untuk menginspeksi mesin jet. Alhamdulillah urutan satu lagi dari 27 badan riset yang mengikuti kompetisi tersebut,” lanjutnya.

Adapun beberapa produk yang pernah dihasilkan Arfi’an, antara lain rancangan pesawat elektrik atau aircraft yang didesain oleh Sukimin, yang juga merupakan lulusan SMK. Kemudian, rancangan tersebut kini telah diproduksi di Kansas, AS. “Ini pesawat trial terbang pertama di Amerika, dan sekarang sudah dapat 3 sertifikasi juga dari AS, Kanada, dan Jerman,” jelasnya.

Tidak hanya itu, Arfi’an dan tim juga membuat sasis mobil yang sudah diproduksi di Victoria, Australia, serta membuat mesin CNC yang kini dipakai oleh perusahaan perancang sepeda Polygon. “Kita bikin mesin CNC, dan itu sudah dipakai oleh Polygon,” lanjutnya.

Guna membantu upaya pemerintah dalam membangun ekosistem pendidikan vokasi, Arfi’an kini mendirikan kampus vokasi untuk program diploma 3 yang bekerja sama dengan sekolah vokasi di Salatiga dengan merekrut 20 orang untuk angkatan pertama. “Angkatan pertama 20 orang, terus kita training intensif selama 3 bulan dan kita taruh mesin CNC. Ternyata, satu kelas selama 10 bulanan ini ada 31.000 produk yang terjual. Jadi, vokasinya benar-benar bikin industri, dan ternyata mereka bisa,” tuturnya.

Pada gelombang kedua, Arfi’an berencana untuk membuka kesempatan bagi 40 anak. Sehingga, dengan total 60 mahasiswa tersebut, Arfi’an berharap dapat membangun ekosistem vokasi yang bisa menjadi problem solver dan menjawab tantangan zaman dengan passion mahasiswanya, khususnya di bidang pengembangan tekonologi dan digital.

Melihat keberhasilan lulusan SMK yang bisa mendunia dengan karya inovasinya, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto mengungkapkan kebanggaannya terhadap apa yang telah dicapai oleh Arfi’an. “Itu levelnya legend. Most inspirational legend benar ini produk SMK. Kalau level KKNI, Mas Arfi’an ini levelnya sudah S3,” ujarnya.

Wikan juga mengusulkan agar D’Tech menjadi salah satu perusahaan rujukan bagi tempat magang mahasiswa vokasi berbasis project based learning (PBL) yang menjadi salah satu program dari Kampus Merdeka Vokasi.

Tak ketinggalan, Arfi’an juga memberikan pesan kepada lulusan vokasi agar tidak merasa rendah diri dengan kompetensi yang dimiliki. “Jangan minder untuk teman-teman vokasi, karena vokasi sekarang di-support pemerintah. Anak SMK juga tidak usah merasa rendah diri. Harus sama pintarnya dengan orang Jerman dan Perancis, karena memakai rumus fisika yang sama,” tuturnya. (Diksi/Tan/AP)