Berawal dari ART, Lulusan PKW Kembangkan Usaha Jahit yang Omzetnya Tiga Kali UMR Trenggalek

Berawal dari ART, Lulusan PKW Kembangkan Usaha Jahit yang Omzetnya Tiga Kali UMR Trenggalek

Trenggalek, Ditjen Vokasi - Hanya ibu muda sederhana yang tinggal di desa, siapa yang sangka Anis Setiawati (27) dapat berpenghasilan lebih besar dibandingkan keluarga lainnya. Semua itu ia peroleh dari keputusan besarnya mengikuti kursus menjahit melalui program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Tatik Modes. 


Hanya bertamatkan SMP dan berasal dari keluarga petani, Anis tak memiliki keterampilan kerja di bidang lain. Setelah tamat sekolah pun, Anis hanya membantu keluarganya di ladang lalu memutuskan untuk menikah. Ia juga pernah bekerja di menjadi asisten rumah tangga (ART) di Kota Trenggalek. Namun, karena ia ingin menemukan jalan kehidupan yang lebih baik, ia hanya bertahan lima bulan di pekerjaan tersebut. 


Setelah pergolakan batin yang Anis alami waktu itu, akhirnya ia menemukan titik terang terkait keinginannya. Ia tersadar bahwa sejak dulu keahlian yang cukup ia kuasai adalah menjahit. Walaupun dahulu ia hanya membuat pernak-pernik dari kain yang dibuat dengan jahit tangan. Selain itu, ia pun melihat peluang jahit yang besar di desanya. Hingga akhirnya hatinya pun tergerak untuk mengikuti kursus menjahit di usia 25 tahun.


“Saya tidak pernah menyangka dan membayangkan kalau rezeki saya ternyata dari menjahit. Kalau tidak mengikuti pelatihan mungkin saya hanya akan menjadi petani seperti warga lingkungan saya,” tutur Anis. 


Dengan mengikuti program PKW 2021, ia dapat mengembangkan usaha menjahit di lingkungannya. Bahkan penghasilan terbesarnya sudah mencapai tiga kali UMR Trenggalek. Anis bercerita bahwa di masa seperti lebaran dan apabila ada orderan borongan, ia bisa mendapatkan Rp6-7 juta. 




Dari Desa di Ujung Pegunungan untuk Kursus Menjahit 


Rasa semangat yang Anis rasakan mengalahkan jauhnya jarak yang ia tempuh untuk menuntut ilmu. Saat pembelajaran PKW, ia menempuh jarak dari rumahnya di Desa Bendungan ke LKP sejauh 30 kilometer. 


“Hampir dua bulan saya bolak-balik dengan perjalanan kurang lebih satu jam setengah menggunakan motor,” ujar Anis mengingat-ngingat kembali perjuangannya dahulu.


Dengan perjalanan yang melewati lembah dan hutan, Anis tak pernah mengeluh dan berfokus untuk tetap belajar sampai masa program selesai. Bahkan, masa pelatihan yang sudah memasuki musim hujan itu pun tak mematahkan semangat belajar Anis. Ia beberapa kali kehujanan sampai dijemput oleh suaminya dan meneduh terlebih dahulu. 


“Saya cuma ingin memiliki kemampuan lebih, makanya saya mati-matian belajar menjahit,” tegas Anis.


Perjuangan yang ia tempuh itu pun membuahkan hasil. Awalnya ia hanya mengetahui jahitan tangan. Namun, kini ia sudah menguasai berbagai macam jenis teknik jahit. Bahkan ia pun dapat mengoperasikan beberapa mesin jahit, seperti mesin jahit manual, typical, obras, pasang kancing, dan lain-lain.




Anis juga mengaku sangat puas saat pertama kali berhasil membuat sebuah baju kemeja ketika masa pelatihan berlangsung. Setelah program selesai, Anis bersama teman-teman satu kelompoknya merintis usaha bersama dengan nama Adito Collection. Omzet pertama kali usaha rintisan bersama itu mencapai Rp2 juta per bulan. 


Selang waktu berjalan, Anis memutuskan untuk membuka usaha mandiri di desanya dengan nama ‘Anis Jahit’. Berawal dari kemeja yang ia gunakan untuk pribadi, kini ia bisa membuat berbagai macam busana untuk masyarakat di desanya. 


Anis bercerita bahwa ia sering mendapatkan klien untuk membuat kebaya, gamis, kemeja batik, dan juga seragam. Ia pun dipercaya oleh salah satu yayasan untuk membuat seragam kantor sebanyak 50 pcs. Apalagi ketika musim lebaran, ia bisa mendapatkan orderan sampai dengan 60 jahitan baju.


“Untuk lebaran tahun ini, saya sudah dapat orderan 60 jahitan dan tidak menerima orderan lagi kecuali permak baju,” cerita Anis.


Saat orderan sedang melonjak seperti saat ini, Anis pun mengajak rekan-rekannya sesama alumni LKP Tatik Modes. Ia mengajak 2-3 orang rekannya untuk membantu dalam menjahit orderan. Baginya, itu adalah cara untuk memberikan manfaat ke orang lain.


Dari hasil usahanya tersebut, satu persatu keinginan Anis pun dapat terwujud, dimulai dari melengkapi alat jahit untuknya bekerja sampai dengan membantu orang tua untuk melengkapi kebutuhan kebun. Bahkan, ia pun dapat merenovasi rumahnya menjadi lebih nyaman dan bagus.


Dukungan LKP Tatik Modes untuk Mewujudkan Mimpi Alumninya


Mintartik atau biasa disapa Tatik memiliki kebanggan sendiri melihat banyak peserta didiknya dapat mengubah hidup dari menjahit. Tak terkecuali Anis yang menjadi peserta program PKW di LKP-nya pada tahun 2021. 


“Anis adalah salah satu alumni kami yang luar biasa. Kami pernah mengunjungi ke rumahnya dalam rangka monitoring,” ujar Tatik.


Tatik mengungkapkan bahwa perjalanannya menuju rumah Anis sangatlah jauh dari Trenggalek kota. Ia merasa terharu karena perjuangan Anis yang tetap semangat mengikuti kursus sampai program PKW selesai. 


Dalam kunjungan Tatik tersebut, Anis sudah mendapatkan banyak orderan. Masyarakat di desanya pun sangat mempercayai Anis dalam urusan menjahit dan permak baju.


Sebagai pengelola, Tatik selalu mengajarkan agar peserta didiknya dapat menjalankan usaha mandiri. Walaupun jika ada peserta didik yang berorientasi kerja, Tatik tetap menyalurkan peserta didik ke industri yang sudah bermitra dengan LKP-nya. Beberapa di antaranya seperti konveksi UD Fighter, Konveksi UD Zahira Hijab Syari, Batik Ekoprint, dan masih banyak lagi.  


Tatik menjelaskan, “Kami berupaya mewujudkan apa yang diinginkan peserta didik. Kami selalu membimbing agar peserta didik dapat mandiri. Walaupun awalnya peserta ingin bekerja, kami selalu menanamkan mindset bahwa uang hasil kerja tersebut bisa sebagai modal untuk usaha mandiri nantinya.”


Perjalanan LKP Tatik Modes dalam menghadirkan lulusan yang kompeten pun tergolong cerita yang panjang. Tatik yang pada mulanya hanya sebagai penjahit, mulai tergerak hatinya untuk menerima murid privat karena masyarakat di lingkungannya menginginkan belajar menjahit. Untuk itu, di tahun 2000 ia termotivasi mendirikan lembaga kursus dan pelatihan sebagai sarana agar masyarakat dapat belajar menjahit.


LKP yang sudah terakreditasi A tersebut pun dipercaya oleh Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mengadakan program PKW dan program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) setiap tahunnya. Bahkan sudah tiga tahun terakhir, LKP Tatik Modes selalu mengadakan dua tahap dalam menyelenggarakan program tersebut. 


Saat ini, sudah ribuan alumni LKP Tatik Modes yang bekerja di perusahaan garmen dan konveksi. Namun, tak sedikit juga alumni yang membuka usaha mandiri. Alumni Tatik Modes bukan hanya berada di daerah Trenggalek, tetapi juga Ponorogo, Yogyakarta, bahkan di luar Jawa. (Zia/Cecep Somantri)