Tefa Siap Cetak Wirausaha Mandiri Berkesinambungan

Jakarta, Ditjen Diksi – Guna mendorong sekolah menengah kejuruan (SMK) menjalankan teaching factory (tefa) secara optimal, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi menggelar New Tefa Awards secara daring (19/8).

Plt. Direktur SMK, Wartanto, menyebutkan, tefa harus bisa memproduksi produk/jasa yang mendorong peserta didik berwirausaha. “Bukan sekadar mengembangkan bahan, tapi dapat disalurkan ke masyarakat hingga mendapat pengakuan hak cipta,” ujarnya.

Karenanya, konsep pembelajaran berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar serta prosedur yang berlaku di industri ini diharapkan dapat menghasilkan lulusan SMK yang kompeten dan memiliki skill wirausaha. Sehingga, hal tersebut menjadi jawaban dari tantangan zaman untuk membuka peluang kerja dan menjadi problem solver permasalahan pengangguran di Indonesia.

Wartanto menambahkan, tefa harus bisa menarik dunia kerja untuk menghasilkan proyek bagi para peserta didik hingga mereka bisa mengaplikasikan sesuai kebutuhan industri. Selain itu, mereka juga bisa berupaya berkreasi dan berkolaborasi hingga menghasilkan usaha mandiri.

“Bukan sekadar membeli alat dan membangun gedung, tapi juga terkait dengan upaya project base learning (PBL). Jadi, harus terus dilakukan diskusi dan ide-ide baru yang bisa dipecahkan bersama,” tuturnya.

Tercatat, sebanyak 60 SMK yang telah merintis produk/jasa di sekolahnya sesuai dengan kompetensi keahlian akan diberikan bantuan program tefa setelah melewati proses seleksi.

Sementara itu Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto berharap agar hasil tefa dapat ditunjukkan ke industri maupun masyarakat. “Tidak hanya menghasilkan produk, tapi juga dampaknya,” tegasnya.

Tidak hanya itu, Wikan pun menjelaskan bahwa tefa harus bermula dari industri atau start from the end. “Termasuk dalam program ‘link and match’ paket 8+i, tefa juga harus disesuaikan dengan kurikulum bersama industri dan terus menghadirkan expert agar berkesinambungan. Harus start from the end, jangan tiba-tiba ingin membuat sesuatu,” terangnya.

Keberhasilan Tefa

Pada kesempatan tersebut, Kepala SMK Raden Umar Sahid Fariddudin berkisah, pihaknya telah mengimplementasikan tefa sejak tahun 2019. Menurutnya, kunci keberhasilan tefa terletak pada keterserapan alumni SMK tersebut di industri.

“Ternyata ukuran keberhasilan tefa adalah keterserapan alumni di industri. Dulu sebelum tefa, kami tawarkan alumni kami ke industri itu berat, dan pertanyaan yang mereka (pihak industri) adalah portofolionya mana. Maka, dengan tefa mereka akan memiliki portofolio yang real sehingga punya nilai real yang menjadi nilai jual di industri,” jelas Fariddudin.

Fariddudin menambahkan, implementasi tefa tentunya perlu didukung oleh seluruh mata pelajaran yang harus terintegrasi dengan proyek. Maka dari itu, kurikulum yang dijalankan sebaiknya merupakan kurikulum esensial, yakni pihak sekolah dapat mencari mata pelajaran yang terintegrasi dengan proyek tersebut. Sehingga, hal itu bisa menggiring peserta didik terhadap mindset proyek.

Adapun Kepala SMKN 57 Jakarta Eti Suyanti menjelaskan, pentingnya melakukan sinergi dengan berbagai stakeholder, termasuk industri-industri untuk membuka peluang, baik dalam hal magang bagi peserta didik, guru maupun penyelarasan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan industri.

“Di SMKN 57 Jakarta, sejak 2017 telah melaksanakan kegiatan tefa. Yang pertama dilakukan adalah melakukan penyelarasan kurikulum dengan industri, mendapat dokumen kurikulum sesuai dengan masukan-masukan dari industri. Semua detail kami bicarakan bersama,” ungkap Eti.

Ke depannya, Eti berencana melakukan pengembangan sekolah untuk kompetensi, optimalisasi BLUD pendidikan, lingkungan, serta kegiatan pembelajaran yang dimulai dari kurikulum bersama para mitra sekolahnya. (Diksi/Tan/AP)