SMK Ini Cetak Produk via Tefa Multimedia

Bangil, Ditjen Diksi – Produk yang dihasilkan pelajar SMKN 1 Bangil nyatanya sangat beragam. Mulai produk fashion, produk multimedia, seperti berbagai karya akrilik, souvenir kayu, jasa pembuatan website, dan aplikasi mobile hingga instalasi dan administrasi jaringan data. Ada juga pemeliharaan dan perbaikan AC, instalasi tenaga listrik, tune up mobil sampai membuat produk panel surya.

 

Selain memiliki sembilan program keahlian atau jurusan, kini lewat program Center of Excelent (CoE), ada 8 kelas industri yang bekerja sama dengan 291 perusahaan besar dan kecil. Kelas itu langsung sinkron dengan kurikulum berbasis kebutuhan dunia usaha, industri, dan kerja (DUDIKA).

 

Delapan kelas industri tersebut adalah Kelas PJB (Pembangkit Jawa Bali), Kelas Festo, Kelas Cicco, Kelas Microtic, Kelas Panasonic Gobel Indonesia, Kelas YMPI (Yamaha Musical Products Indonesia), Kelas Oracle, dan Kelas Internet Marketing (ID Management). Diharapkan, CoE ini bisa lebih meningkatkan kualitas lulusan SMKN 1 Bangil, dan penggerak bagi SMK sekitarnya.

 

Sekolah juga memiliki teaching factory (Tefa) yang menjadi program unggulan sebagai laboratorium terapan mempersiapkan siswa di dunia industri. Pasalnya, SMK kini harus siap menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0. Di era ini beberapa jenis pekerjaan akan hilang digantikan pekerjaan baru yang harus diciptakan. Kemampuan inovasi dan kreativitas menciptakan produk baru, sangat dibutuhkan di era revolusi industri 4.0.

 

“Strategi yang diterapkan SMK dengan menerapkan program teaching factory (TeFa) memungkinkan siswa belajar memproduksi barang sesuai dengan disiplin ilmunya,” kata Kepala SMKN 1 Bangil Indra Jaya, saat ditemui beberapa waktu silam.

 

Tefa multimedia, sudah banyak menghasilkan berbagai produk, mulai dari berbagai jenis gantungan kunci, papan nama lembaga atau untuk kafe, souvenir, kaos, dan lainnya. Bahan dasarnya bermacam-macam, ada dari kain, kaayu, mika, bahkan kaca.

 

Tefa multimedia sudah banyak menerima pesanan, baik yang datang dari siswa maupun masyarakat. Bahkan, ada beberapa lembaga yang memesan dari perusahaan. "Ya masih kecil-kecilan, tapi setidaknya siswa sudah tahu bagaimana memproduksi barang dan menjualnya. Ya untuk pembelajaran," jelas Indra.

 

Tidak hanya itu, siswa pun sudah banyak yang membuka sendiri. Bahkan, bila ada pesanan yang memerlukan peralatan yang perlu didukung dari sekolah, mereka memproduksi di sekolah. Tentu ini masih dalam kegiatan belajar mengajar.

 

SMKN 1 Bangil sejak awal memfokuskan kepada Tefa multimedia karena sekolah melihat banyak yang bisa dilakukan oleh sekolah atau siswa lulusan multimedia kelak. Apalagi, kebutuhan masyarakat dibidang ini juga banyak yang memerlukan. (Diksi/Mya/AP/NA)