Pentingnya Mindset Bangun Ekosistem Kewirausahaan di PTV

Jakarta, Ditjen Diksi – Mengupayakan percepatan ekonomi di masa pandemik membutuhkan usaha dan sinergi yang saling mendukung dari berbagai pihak. Karenanya, Direktorat Kemitraan dan Keselarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) terus membangun ekosistem kewirausahaan di perguruan tinggi vokasi. Hal itu dilakukan untuk membuka peluang kerja, dan menjadi salah satu problem solver dalam mengatasi permasalahan pengangguran yang meningkat sejak adanya pandemik Covid-19.

Tim Program Ekosistem Kewirausahaan PTPPV Kemdikbud-Ristek Eka Sri Dana Efriza menyampaikan, program ekosistem kewirausahaan dilakukan untuk dapat mengatasi keterbatasan peluang kerja, serta harus menciptakan usaha baru. “Penguatan ini dilaksanakan melalui kegiatan mahasiswa dengan peningkatkan kewirausahaan yang terintegrasi pembelajaran, kemudian kemitraan industri dengan kurikulum, serta bootcamp magang dengan Mitras DUDI seperti coaching clinic,” jelasnya dalam webinar “Membangun Ekosistem Kewirausahaan di Perguruan Tinggi Vokasi” (28/7).

Eka menambahkan, adapun tujuan dari program tersebut adalah membangun ekosistem kewirausahaan untuk menghasilkan lulusan yang inovatif, adaptif, dan kreatif yang dapat menumbuhkan kompetensi mahasiswa.

Sementara itu Hermawati Setyorini selaku Ketua Umum Asosiasi Industri Usaha Mikro Kecil Menengah (AKUMANDIRI) mengatakan, hal yang penting dalam memulai menjadi wirausaha itu sendiri harus dimulai dari pola pikir dan juga tekad. “Kuncinya adalah pola pikir, terus juga jangan sedih tidak mendapatkan fasilitas. Tapi, harus mau mengembangkan karena itu hidupmu, bukan hidup pak dosen,” tuturnya.

Selain itu, Hermawati menyebutkan bahwa ada dua hal penting lainnya untuk mulai berwirausaha, yaitu keterampilan dari dalam diri yang disebut dengan soft skills serta keterampilan dari luar diri yang disebut dengan hard skills. “Keterampilan yang berkaitan dengan pribadi, salah satunya adalah komunikasi. Sehingga, kita akan mendapatkan harga yang murah dari supplier. Kemudian orang yang suplai akan memberikan yang kita butuhkan dengan waktu yang tepat. Jujur, berbagi, santun,” ujarnya.

Adapun keterampilan dari luar diri yang dimaksud oleh Hermawati, seperti kompetensi atau keahlian yang dimiliki dalam suatu bidang. Seorang wirausaha harus memiliki keterampilan untuk pekerjaannya, meskipun tidak bersifat dominan. Pada intinya, paling tidak harus mengetahui basic pengetahuan dari bidang bisnis yang akan digeluti.

Tingkatkan Bekal Wirausaha

Sementara itu Lutfi Djajanto selaku Kepala P3AI Politeknik Negeri Malang dan Tim Kurikulum Pendidikan Tinggi Vokasi Kemdikbud-Ristek mengungkapkan, upaya yang dilakukan dalam membangun ekosistem kewirausahaan, terutama pada situasi pandemik, tidak bisa hanya dari pemerintah. Karenanya, perguruan tinggi vokasi (PTV) dilibatkan dalam pembekalan kewirausahaan.

“Dengan demikian, mahasiswa a-b-c-d ini sudah bangun karena mereka sudah mempunyai bekal. Jadi, tinggal dikembangkan. Ada juga mahasiswa yang baru berminat, tapi belum berpengalaman. Nah, itu juga perlu dibimbing,” ujar Lutfi.

Menurut Lutfi, fasilitas yang memadai serta jejaring inkubator juga menjadi salah satu faktor pendukung yang penting dalam mengembangkan ekosistem kewirausahaan di PTV. “Fasilitas penting adalah inkubator bisnisnya, itu penting. Itu yang kadang tidak ada, sehingga bisa membuat delay pengembangan ekosistem kewirausahaan,” tambahnya.

Hal tersebut telah diimplementasikan oleh Afhida Fajar Aditya, CEO Eboni Watch, yang mendapatkan peluang dengan mengikuti inkubator wirausaha yang pernah diadakan oleh Kementerian Perindustrian. “Eboni ini mulai growth, mulai bertumbuhnya lumayan pesat itu saat ikut inkubasi yang diadakan Kemenperin. Saya apply program itu tingkat nasional. Dari ratusan peserta, saya lolos dan harus ke Jakarta untuk mengadakan inkubasi selama 3 bulan,” ungkapnya.

Afhida berharap, sistem inkubasi ini dapat diadaptasi oleh pendidikan vokasi dalam mengembangkan ekosistem kewirausahaan. “Mungkin ini bisa diselipkan di vokasi untuk menginkubasi teman-teman yang berminat untuk wirausaha itu memiliki basic. Bagaimana bikin standar operasional perusahaan (SOP) yang baik, bagaimana marketing serta mempunyai laporan keuangan yang baik, dan sebagainya,” terangnya.

Guna mendukung pengembangan kewirausahaan di perguruan tinggi vokasi, Kresna Satya selaku Ketua Komite Crowdfunding Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI) juga menyampaikan bahwa komitmen menjadi hal yang tidak kalah pentingnya dalam membangun ekosistem kewirausahaan. Melalui bidang pendanaan, Kresna membantu menyelesaikan permasalahan pendanaan yang dialami oleh pelaku usaha. Tidak hanya itu, dirinya juga memberikan pengertian bahwa hambatan yang dialami seorang wirausaha tidak hanya bicara mengenai modal dan pendanaan.

“Salah satu hal pentingnya adalah dari sisi kapasitas komitmen, mitigasi risikonya seperti apa. Jangan-jangan melakukan pendanaan ini bukan untuk ekspansi bisnis, tapi untuk membayar utang sebelumnya. Kita ingin membantu UKM ini bisa ekspansi, tapi pendanaan bukan menjadi salah satu solusi. Bisa jadi masalahnya bukan dana dan modal, tapi tidak bisa jualan atau tidak punya kompetensi,” ungkap Kresna. (Diksi/Tan/AP/Teguh Susanto)