Komitmen Kunci Membangun Kemitraan Pendidikan Vokasi dan Industri

Komitmen Kunci Membangun Kemitraan Pendidikan Vokasi dan Industri

Surakarta, Ditjen Diksi - Pernikahan antara pendidikan vokasi dengan industri, dunia usaha, dan dunia kerja terus digencarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendididikan dan Kebudayaan. Konsep pernikahan ini mengacu pada “link and match” yang berbasis pada kolaborasi. Dalam hal ini, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) berperan sebagai fasilitator terbangunnya sinergi antara pendidikan vokasi dengan industri, dunia usaha, dan dunia kerja. 

Salah satu upaya mempertemukan pendidikan vokasi dengan industri tersebut dilakukan melalui sarasehan bertajuk “Wedangan Bersama DUDI” yang diikuti oleh pelaku industri, UMKM, serta kepala SMK di wilayah Surakarta pada Selasa (18/8).

Direktur Mitras DUDI Ahmad Saufi mengatakan, selama ini sudah banyak kemitraan yang telah terbangun antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha maupun dunia industri. Namun, tantangannya adalah memelihara kemitraan yang berdasar pada rasa saling percaya dan saling menguntungkan sehingga tercipta keberlanjutan. 

Program pernikahan vokasi dan Industri sendiri terdiri atas sembilan paket pernikahan, meliputi keselarasan kurikulum, jumlah guru/dosen tamu dari industri, magang, rekrutmen lulusan, program beasiswa, transfer teknologi dan ilmu pengetahuan, sertifikasi kompetensi, riset terapan/teaching factory, dan berbagai bentuk kerja sama lainnya. Saufi menyebutkan, untuk menuju kerja sama tersebut tentunya tidak bisa dilakukan secara instan. 

“Kita perlu berkenalan terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan komitmen. Ajang kumpul malam ini menjadi momentum kami untuk mengenal Bapak dan Ibu dari DUDI. Begitu pula dengan suasana yang hangat dan santai ini Bapak dan Ibu dari pendidikan vokasi dapat membangun networking dengan DUDI,” tutur Saufi. 

Sebelumnya, sebagai bentuk dukungan terhadap produk hasil pendidikan vokasi, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto melakukan kunjungan ke SMK St. Mikael Surakarta untuk menghadiri “Pesta Pernikahan Vokasi dan Industri”, sekaligus meluncurkan produk karya mahasiswa vokasi. Dirjen Wikan juga sempat meninjau aktivitas siswa di bengkel sekolah. 

Menurut Wikan, proses pembelajaran di SMK harus didominasi oleh praktik, yakni mengoperasikan langsung alat-alat yang digunakan oleh industri. Selain itu, Wikan pun menekankan pentingnya kolaborasi bagi penguatan pendidikan vokasi Tanah Air. Pasalnya, selain merancang kurikulum bersama, dalam “pernikahan” pendidikan vokasi dan industri juga harus melakukan pengembangan riset terapan bersama. Sebab, hampir semua negara maju, seperti Jepang, Jerman, dan Swiss, memiliki pendidikan vokasi yang kuat. Artinya, jika ingin Indonesia maju, pendidikan vokasi harus diperkuat untuk mencetak sumber daya manusia yang unggul dan terampil. 

“Pendidikan vokasi maju secara komprehensif, tidak hanya SMK, tetapi juga politeknik, sekolah vokasi, dan lembaga kursus. Ini memerlukan kolaborasi dari semua pihak. Kita upayakan bahwa harus ada riset terapan yang dikembangkan bersama, sehingga hasil pernikahan itu ada hasilnya," tutur Wikan pada sesi talk show di SMK St. Mikael.

Sementara itu peluncuran produk hasil pernikahan pendidikan vokasi dengan industri berupa Mesin CNC Bubut Lathe Machine-Lean Turn LT 300-100 karya Politeknik ATMI bekerja sama dengan PT ATMI dan PT Buana Prima Raya ditandai dengan pemecahan kendi oleh Dirjen Wikan beserta jajarannya. Mantan Dekan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mengungkapkan, terciptanya mesin CNC Bubut merupakan bentuk nyata hasil pernikahan pada pengembangan riset terapan. 

“Jadi, sejak awal pernikahan, sekaligus merancang riset bersama. Ketika sudah jadi alatnya, paying customer menjadi penting. Proses hilirisasi beserta analisis marketing pun berjalan,” imbuh Wikan. 

Produk hasil karya pendidikan vokasi sendiri terbukti memiliki kualitas yang baik dengan harga yang kompetitif. Bahkan, mesin CNC Bubut siap diproduksi massal untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran praktik siswa SMK di Indonesia serta pengembangan manufaktur di Tanah Air. 

Sementara itu Kepala SMK St. Mikael Albertus Murdianto menambahkan, pengembangan riset terapan dilakukan melalui project based learning dan teaching factory. Selain berupaya menghadirkan suasana belajar layaknya industri, pihak sekolah juga melakukan berbagai inovasi agar semakin banyak anak-anak yang tertarik melanjutkan sekolah di SMK. 

Pada acara bertajuk "Bangga Menggunakan Produk Pendidikan Vokasi" tersebut, sejumlah karya dan produk pendidikan vokasi se-Surakarta juga turut dipamerkan, di antaranya Pico Oil untuk kulit wajah dari Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (UNS), prototype engine dari SMKN 2 Surakarta, triaxs machine dari Politeknik ATMI, desain produk dari SMK Ignasius Slamet Riyadi, produk herbal dari SMK Farmasi, prototype central lock and alarm system dari SMKN 5 Surakarta, mesin CNC Milling Simulator dari SMK St. Mikael, serta berbagai produk dan prototype vokasi lainnya. Acara pun diakhiri dengan gerakan sejuta masker oleh Dirjen Wikan beserta jajaran dari Direktorat Mitras DUDI, SMK St. Mikael, Politeknik ATMI, PT ATMI, beserta kepala SMK di Surakarta yang turut hadir. (Diksi/MD/AP)