Kolaborasi Politeknik-Industri Ciptakan Karya Inovatif

Jakarta, Ditjen Diksi – Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-39, Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) menyelenggarakan webinar bertajuk “Kolaborasi Politeknik dan Industri Menghasilkan Karya Inovatif” secara daring (9/8). Acara tersebut diadakan guna membuka wawasan mengenai peran politeknik terhadap industri, dan juga sebaliknya. Pasalnya, kolaborasi antara politeknik dan industri sangat diperlukan dalam menghasilkan berbagai produk atau karya yang inovatif.

“Kolaborasi PNJ dengan industri bukan merupakan hal yang baru. Sejak 1882 PNJ sudah melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan nasional maupun internasional guna menghasilkan SDM yang mampu berdaya saing,” ujar Direktur PNJ Zainal Nur Arifin.

Zainal menambahkan, kolaborasi yang dilakukan oleh PNJ dengan industri terbukti dengan banyaknya alumni PNJ yang sudah menduduki posisi tinggi di industri. Salah satunya Sri Haryanto yang saat ini menjabat sebagai Direktur SDM dan Keuangan PT Nindya Karya (Persero).

Tidak hanya itu, Zainal juga menjelaskan PNJ telah membuka berbagai program studi yang merupakan kolaborasinya dengan pihak industri, seperti kerja sama dengan Jasa Marga, PT Densho, dan PT Holcim.

Sementara itu Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) Ahmad Saufi mengatakan, lahirnya Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi yang menanungi ekstensi dari berbagai satuan penyelenggara pendidikan vokasi merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM dan membantu percepatan pertumbuhan ekonomi.

“Ini merupakan transformasi yang ingin menjadikan pendidikan vokasi tidak hanya menjadi tukang, tapi minimal kualifikasi di satu bidang tertentu yang harus kreatif, inovatif, dan tahan malang. Harus adaptif, agile, dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan tempat mereka berkarya dan bekerja, mampu melaksanakan komunikasi lisan maupun tulisan, serta diharapkan menjadi bagian dari problem solver,” ungkap Saufi.

Kolaborasi yang dilakukan oleh penyelenggara pendidikan vokasi dengan dunia usaha, industri, dan kerja (DUDIKA) merupakan salah satu strategi dari program “link and match” yang dapat menjadi win-win solution atau menghasilkan simbiosis mutualisme antara penyelenggara pendidikan vokasi dengan industri.

“Misalnya, mahasiswa dapat memperoleh contoh jika magang di dunia usaha dan dunia industri. Termasuk apabila ada complain dari pengguna atau customer, maka mahasiswa akan dapat merasakan bagaimana memproduksi barang hingga after sale dengan menghadapi complain,” ujar Saufi.

Sebaliknya, terang Saufi, industri juga akan lebih mudah dalam melakukan rekrutmen SDM yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh industri melalui mahasiswa pendidikan vokasi yang diberi kesempatan untuk magang bersertifikat.

Senada dengan Saufi, Sri Haryanto selaku alumni PNJ menyatakan dukungannya terhadap program pemerintah dengan menyelenggarakan magang bersertifikasi bagi mahasiswa vokasi. “Dengan adanya ‘link and match’ antara pendidikan vokasi dan industri, saya rasa ini merupakan sebuah solusi bersama. Ditambah dengan adanya magang bersertifikasi bagi mahasiswa, tentunya dapat melahirkan SDM yang lebih kompeten,” tutur direktur salah satu BUMN karya tersebut.

Seiring dengan adanya pengembangan ekosistem pendidikan vokasi sebagai solusi dari permasalahan yang ada, Direktur Samsung R&D Indonesia Risman Adhan mengatakan, keberadaan politeknik sangat diperlukan dalam menghasilkan ide-ide kreatif perusahaan dan melahirkan berbagai terobosan karya yang inovatif.

“Pemahaman saya mengenai politeknik ini masih sangat terbatas. Tapi, saya melihat ada technical engineering dalam waktu jangka pendidikan yang pendek dan fokus terhadap skill-skill praktikum,” kata Risman.

Sehingga, menurut Risman, adanya hal tersebut sudah membuktikan kemampuan engineering sudah terinspirasi dan melekat di mahasiswa politeknik, sehingga dapat turut melahirkan berbagai ide kreatif yang inovatif. (Diksi/Tan/AP/Teguh Susanto)