Kepala SMK Harus Jadi Agen Perubahan untuk Sukseskan ‘Nikah Massal’

Jakarta, Ditjen Diksi - Peran kepala sekolah menengah kejuruan (SMK) kini sejatinya menjadi pertaruhan keberhasilan program “nikah massal” yang tengah digaungkan oleh Kemendikbud guna menghasilkan sumber daya manusia (SDM) nan unggul.  Pasalnya, selain menakhodai lembaga pendidikan, kepala sekolah harus menjadi chief executive officer (CEO) mini bisnis karena keberadaan mini industri di dalam sekolah.

“Jadi, karakter yang sangat penting adalah kewirausahaan yang sangat berani dan kuat. Punya jiwa enterpreneur, berani mengambil risiko, dan menjaga kerja sama dengan industri.  Setengah CEO dan setengah pedagogi,” terang Mendikbud Nadiem Anwar Makarim kala bincang inspiratif bersama Dirjen Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto saat lokakarya daring bagi kepala sekolah bertajuk “Bagaimana Memimpin Sekolah yang Penuh dengan Terobosan Inovatif”, yang berlangsung dalam dua sesi, yakni pada 27 Juni dan 4 Juli 2020 lalu.

Nadiem menekankan,  yang paling mengesahkan adalah komitmen kuat untuk “nikah”.  Selanjutnya komitmen tersebut juga diperkuat paket pernikahan lainnya, yakni ikatan dinas dan pemberian sertifikasi oleh industri kepada lulusan SMK. “Artinya, mereka percaya kepada lulusannya,” tegasnya.

Menurut Nadiem, saat ini bangsa kita banyak membutuhkan lulusan yang siap kerja di berbagai industri yang dapat dihasilkan oleh talenta muda. Tapi, kenyataannya lulusan SMK banyak yang menganggur. Karenanya, peran kepala SMK sangat penting guna menyukseskan “nikah massal”.

Sementara itu narasumber lain pada sesi kesatu, yakni Prof. Rhenald Kasali selaku Founder Rumah Perubahan, mengungkapkan bahwa tren pendidikan vokasi telah menjalar ke berbagai negara lain, utamanya negara berkembang seperti Indonesia. Tak heran, justru kian sedikit mereka yang lulus sekolah masuk ke perguruan tinggi karena telah dibekali ilmu terapan yang sesuai dengan bakat siswanya. Karenanya, “Para pendidik harus mandiri dan kreatif, serta memahami ekosistem di mana mereka berada,” tuturnya.

Adapun Wikan menekankan, diadakannya lokakarya tersebut sebagai guide untuk memberikan semangat kepada kepala sekolah ke depannya. “Vokasi mendapat harapan besar, khususnya SMK, menjadi pilar untuk masa depan Indonesia. Kita harus out of the box, serta bersinergi di dalam negeri,” ujarnya.

Pada sesi kedua, tercatat enam SMK melakukan presentasi kepada Dirjen Wikan dan Direktur SMK,  M. Bakrun.  Dari contoh penyajian materi inilah nantinya akan menjadi contoh bagi sekolah lain dan diperbaiki secara bersama.
Menurut Wikan, para kepala sekolah yang telah menyajikan materinya tersebut merupakan pejuang dari hati untuk mengembangkan sekolahnya masing-masing.  Selain itu, dirinya turut memberi masukan atas materi yang telah dipresentasikan, hingga memberikan tantangan agar kepala sekolah memiliki keberanian untuk membuat terobosan dan melompat lebih tinggi.

“Target kita adalah pernikahan. Nanti seluruh paket yang diluncurkan bernuansa ‘link & match’.  Soft skill harus tampak dalam kurikulum, seperti harus bisa berbahasa Inggris dan berkomunikasi dengan baik,” ujar Wikan. (Diksi/RA/AP/AS)