Bentuk Inkubator Kreativitas, V-Factor Siap Digelar Tahun Ini

Jakarta, Ditjen Diksi – Perkembangan zaman yang begitu cepat di bidang teknologi telah menjadikan berbagai sektor menuntut sumber daya manusia (SDM) untuk mengembangkan kreativitas guna melahirkan berbagai inovasi produk maupun jasa. Karenanya, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi kembali menyelenggarakan V-Factor sebagai wadah inkubator kreativitas, dan ekspresi dari peserta didik vokasi dalam melahirkan berbagai inovasi.

“V-Factor merupakan ruang inkubator, kreatifitas dan ekspresi  bagi peserta didik vokasi yang kreatif dan inovatif, dari  dunia pendidikan vokasi guna membalik stigma pendidikan vokasi (bahwa pendidikan vokasi bukan pilihan nomor dua, red),” tutur Sekretaris Direktorat  Jenderal Pendidikan Vokasi Henry Tambunan pada acara  Webinar Inspiratif (1/7).

Henry juga menuturkan bahwa unjuk karya vokasi itu tentu akan melibatkan peserta didik dan mahasiswa pendidikan vokasi berbasis interaksi kreatif yang melibatkan enam bidang keahlian, yakni manufaktur, konstruksi, hospitality, care service, seni dan industri kreatif, serta karya dan keahlian lainnya.

Adapun Direktur Kursus dan Pelatihan Wartanto juga menjelaskan bahwa dalam menggali potensi dan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik vokasi tingkat SMK, lembaga kursus dan pelatihan serta  perguruan tingg penyelenggara pendidikan vokasi, salah satunya adalah dengan menyelenggarakan V-Factor Indonesia. Kegiatan ini menjadi ajang peserta didik vokasi untuk menunjukkan kreativitas dan menghasilkan inovasi produk atau jasa/keahlian  yang dapat dihilirkan ke masyarakat.

“Fakta menunjukkan dengan revolusi industri 4.0 semua bisnis arahnya menggunakan teknologi dan informasi. Apabila dirunut ke belakang, beberapa pekerjaan yang biasa dilakukan oleh manusia kini mulai tergerus dan dialihkan oleh teknologi,” ujar Wartanto.

Tentunya, hal itu menjadi sebuah kekhawatiran, sekaligus tantangan bagaimana dapat melahirkan SDM unggul yang kreatif dan inovatif. Sehingga, lapangan pekerjaan yang teralihkan oleh teknologi dapat digantikan oleh lapangan kerja lainnya. 

Karenanya, lulusan pendidikan vokasi harus memiliki kompetensi untuk menguasai bidang keahliannya. Tidak sekadar memperoleh sertifikasi, tapi kompeten dalam membuat karya inovatif yang dapat dihilirkan ke masyarakat maupun industri, serta berpotensi membuka lapangan pekerjaan melalui berwirausaha.

“Lulusan vokasi harus menjadi lulusan yang paripurna, yakni lulusan yang konkret. Tidak hanya sertifikasi, tapi juga mampu berinovasi, kreatif, serta kompeten untuk menghasilkan produk/jasa baru sehingga bisa membuka lapangan pekerjaan. Membuat inovasi baru, mengembangkan teknologi baru yang industri sendiri bisa mengakses, dan menghilirisasi produk/jasa dari lulusan vokasi,” jelas Wartanto.

Dalam acara webinar inspirasi ini turut hadir sebagai narasumber adalah  Direktur Perguruan Tinggi Vokasi dan Profesi Benny Bandanadjaya yang menambahkan bahwa, untuk meningkatkan kreativitas, butuh pelatihan atau proses. “Dalam pendidikan misalnya, guru atau dosen harus kreatif agar peserta ddidiknya aktif. Karenanya, kami pun telah mengembangkan project base learning dan studi kasus agar dapat bekerja kelompok guna mengasah keterampilan dan mencari solusi,” jelasnya.

Sementara itu Direktur SMK M. Bakhrun turut mengungkapkan, bahwa di SMK terdapat  mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan yang mengajarkan peserta didik membuat suatu produk hingga bagaimana cara  memasarkannya.  Selain itu, peserta didik dan guru diberi keleluasaan mengembangkan produk kreatif. 

“Melalui V-Factor Indonesia 2021  ini, silakan masing-masing sekolah mengembangkan kreativitasnya. Saya berharap, gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya guna menunjukkan bahwa peserta didik SMK memiliki kemampuan untuk membuat produk kreatif dan bisa bernilai dan bermanfaat oleh orang lain,” terang Bakrun. (Diksi/Tan/AP/KR)