Yuks, Intip Batik Ecoprint SMKN 1 Pringapus!

Semarang, Ditjen Diksi -- Gaya hidup ramah lingkungan kini semakin digemari dan menjadi pilihan masyarakat, termasuk soal pilihan busana. Salah satunya dengan ngetrennya batik ecoprint.

 

Selain lebih ramah lingkungan, batik ecoprint banyak dipilih karena coraknya yang indah dan tidak sama antara satu dengan lainnya. Batik ini juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena dibuat handmade. 

 

Karena itulah, jenis batik ini banyak diajarkan melalui lembaga kursus atau di sekolah kejuruan yang memiliki jurusan tata busana. Salah satunya di SMKN 1 Pringapus, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

 

SMKN 1 Pringapus merupakan salah satu SMK Pusat Keunggulan (PK) untuk kompetensi tata busana yang ada di Kabupaten Semarang. Melalui label Stefaniby yang merupakan salah satu teaching factory di SMK tersebut, siswa di sekolah ini tidak hanya diajarkan membuat batik ecoprint, tapi juga mengembangkannya menjadi aneka produk menarik. Hasil produk mereka juga sudah dipasarkan melalui marketplace, seperti aneka kain cantik, scraf, topi, dan tote bag.

 

Sesuai namanya, batik ini dibuat menggunakan bahan alami, baik untuk pewarna kain ataupun membuat motifnya. Bahan yang digunakan biasanya seperti dedaunan, bunga, batang maupun ranting sehingga motif yang dihasilkan lebih kontemporer.

 

Kepala Jurusan Tata Busana SMKN 1 Pringapus Arifah Royani mengatakan, pada dasarnya ecoprint merupakan teknik memindahkan corak dan warna alami dari dedaunan maupun bunga ke kain, sesuai motif dan warna yang diinginkan.

 

“Ada beberapa tahap ecoprint yang diajarkan di sekolah ini. Pertama, kain direndam dalam larutan tawas, lalu ditiriskan dan ditata, apakah daun atau bunga yang sudah direndam larutan tunjung di atas kain sesuai keinginan,” kata Arifah.

 

Kemudian, lanjut Arifah, kain ditutup dengan plastik, digulung dan diikat dengan tali. Proses selanjutnya adalah mengukus kain selama beberapa jam. Tahap berikutnya, buka plastik gulungan kain, lalu keringkan kain yang sudah tercetak, kemudian difiksasi dengan larutan tawas atau tunjung.

 

Fiksasi bertujuan mengunci warna-warna yang sudah melekat di atas kain agar tidak luntur, kemudian kain dibilas dengan air sampai bersih. “Setelah itu, kain ecoprint sudah jadi dan bisa diaplikasikan menjadi apa pun yang kita inginkan” Arifah menambahkan.

 

Dalam membuat ecoprint, kain yang digunakan biasanya adalah kain katun. Namun, di SMKN 1 Pringapus sendiri kerap membuat berbagai eksperimen, misalnya menggunakan kain nilon atau jenis lainnya.

 

Adapun jenis dedaunan yang biasa digunakan, seperti daun jambu biji, jati, ketepeng, dan cemara. Pemilihan daun umumnya adalah daun-daun yang mengandung klorofil. “Dalam satu kain bisa juga menggunakan beberapa jenis daun untuk di-mix jadi cantik motifnya,” pungkas Arifah. (Diksi/Nan/AP/NA)