Tingkatkan Nilai Jual Sampah, Polinema Bantu Kembangkan Bank Sampah Desa
Malang, Ditjen Vokasi - Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), Politeknik Negeri Malang (Polinema) menginisiasi bank sampah Desa Wringinsongo, Tumpang, Malang, Jawa Timur menjadi industri mikro pengolahan plastik limbah kemasan. Program ini dapat menambah nilai jual sampah.
Tim PKM ini terdiri atas gabungan Jurusan Administrasi Niaga (AN) dan Jurusan Teknik Mesin (TM) Polinema. Program PKM yang berlangsung di Bank Sampah Alam Lestari tersebut sekaligus menjadi salah satu bentuk realisasi kerja sama Polinema dengan desa mitra mereka.
Ketua Tim PKM, Pudji Herijanto, mengatakan bahwa kegiatan PKM ini diawali dengan sosialisasi kepada petugas bank sampah Alam Lestari tentang pemetaan dan solusi terbaik untuk pengelolaan sampah plastik.
“Kami kemudian melakukan identifikasi faktor pendukung utama untuk sebuah industri mikro,” lanjut Pudji.
Menurut Pudji, faktor pertama adalah penyedian bahan baku, yaitu limbah plastik kemasan jenis PE (polyethylene). Selain dari anggota bank sampah, di sekitar desa juga terdapat sejumlah objek wisata lokal, sejumlah sekolah, pondok, dan rumah makan.
“Tempat-tempat tersebut sumber potensial limbah plastik PE,” kata Pudji.
Selama ini, pabrik dan SDM sudah tersedia. Namun, bank sampah tersebut masih belum memiliki mesin produksi. Selain itu, terdapat beberapa alternatif penampungan sebagai pasar hasil rajangan plastik PE.
Seperti disebutkan sebelumnya bahan baku industri ini adalah plastik jenis PE. Jenis plastik ini terkenal fleksibel sehingga mudah dibentuk. Selain itu juga sangat cocok untuk mengemas produk makanan baik yang kering maupun cair. Namun, penggunaannya lebih banyak untuk minuman, salah satunya dikarenakan tidak mudah bocor.
“Hal ini perlu dipahami oleh para pengolah limbah agar tidak tercampur dengan jenis plastik yang lain. Jika tercampur akan sangat berpengaruh kepada harga jualnya,” tambah Pudji.
Dalam pelaksanaannya, tim melakukan pembagian tugas di mana dosen tim Jurusan Administrasi Niaga (AN) lebih terkait dengan aspek bisnis. Kemudian tim TM menangani aspek produksi dan teknis dengan tugas utama merancang dan membuat mesin produksi, pelatihan dan pendampingan pengoperasian mesin produksi.
Inisiasi diawali dengan proses organising dan staffing. Langkah ini untuk merumuskan organisasi dan tata kerja yang efektif. Selanjutnya dilakukan seleksi personil pendukung. Langkah ini dilakukan dengan Kepala Desa dan Pengelola Bank Sampah. Selanjutnya tim PKM memberikan pelatihan pengoperasian sistem industri mikro dengan materi penanganan sistem penyedian bahan baku. Penanganan sistem produksi dilakukan dengan hibah mesin perajang limbah plastik kemasan.
“Selanjutnya diberikan pelatihan sistem pemasaran yang dilakukan dengan mengidentifikasi dan membahas kemungkinan kerja sama dengan industri pengolahan produk berbahan plastik atau minimal pengepul biji rajangan plastik,” kata Pudji.
Untuk menjamin keberhasilan program, tim PKM ini juga melakukan pendampingan serta monitoring untuk menjalankan usaha selama dua bulan. Program ini diharapkan dapat meningkatkan bank sampah menjadi industri mikro perajangan sampah plastik kemasan air minum dan sejenisnya. Industri mikro ini diharapkan juga bisa meningkatkan penghasilan nasabah serta mengurangi pengangguran warga desa.
“Selain itu juga mendukung kemandirian kesehatan, ekonomi hijau, peningkatan pariwisata dan pendidikan,” tambah Pudji.
Selain Pudji, tim PKM ini terdiri atas Nilawati Fiernaningsih, Mahmudatul Himmah, Ahmad Fauzi, Widjanarko, dan Maskur. (Polinema/Nan/Cecep)