Tambahkan Materi Baju Basiba, LKP Anggrek Padang Bantu Lestarikan Budaya Daerah

Tambahkan Materi Baju Basiba, LKP Anggrek Padang Bantu Lestarikan Budaya Daerah

Padang, Ditjen Vokasi - Cerminan jati diri perempuan Minangkabau adalah baju kurung basiba. Saat ini, dalam upaya pelestarian budaya daerah penggunaan baju kurung basiba pun wajib dikenakan di lingkungan pemerintah dan sekolah di Sumatra Barat.  Maka dari itu, penggunaan baju basiba cukup tinggi di tanah Minangkabau tersebut. 


Dalam memenuhi kebutuhan pasar, industri konveksi di daerah Padang berlomba menghadirkan baju basiba yang terbaik. Untuk itulah, lembaga kursus dan pelatihan (LKP) Anggrek membantu dalam menciptakan sumber daya manusia yang kompeten di bidang menjahit, termasuk menjahit baju kurung basiba.


“Kami memang memasukan materi mengenai baju basiba. Alasannya bukan hanya fokus pemenuhan kebutuhan pasar, tetapi juga pelestarian budaya daerah,” jelas Fadri Yetti selaku Pendiri dan Direktur LKP Anggrek. 


Yetti juga menjelaskan bahwa praktik busana daerah sampai dengan proses pelaminan dipertahankan di LKP-nya sebagai materi pembelajaran.  Baju kurung basiba umumnya terdiri atas dua potong kain yang dijahit menjadi satu kesatuan, yaitu potongan baju dan kain sarung atau rok yang panjangnya menutupi mata kaki.


Ia selalu menerangkan ke peserta didik kalau baju basiba bukan hanya sebagai pakaian adat biasa, tetapi juga melambangkan simbol keagaman. Salah satu alumni yang menerima manfaat dari materi tersebut ialah Izzatul Jannah.




Izza adalah seorang mahasiswi Tata Busana di salah satu universitas di Padang yang sekaligus mengikuti kursus menjahit di LKP Anggrek tahun 2021. Dengan mengikuti kursus selama 6 bulan, pengetahuannya tentang menjahit busana sangat bertambah. Bahkan ia mendapatkan penghasilan tambahan untuk kuliahnya. 


“Di LKP diajarkan dari awal sampai dengan akhir, dari materi pengenalan, sampai dengan praktik. Salah satunya adalah pembuatan baju basiba,” ujar Izza memulai cerita.


Setelah selesai kursus, Izza  mendapatkan banyak klien. Izza bercerita klien yang meminta dibuatkan baju basiba rata-rata minta dimodifikasi ukuran. 


“Bu Yetti mengajarkan, baju basiba itu sebenarnya harus longgar karena sesuai dengan aturan keagamaan yang menganjurkan menutup aurat. Akan tetapi, karena kebutuhannya untuk kantoran, jadi bisa dimodifikasi sedikit,” cerita Izza dalam pembuatan baju basiba untuk kliennya.


Selain pembuatan baju basiba, Izza pun menerima orderan jahit baju gaun untuk keperluan wisuda, bridesmaid, dan juga kemeja serta tunik. Menurutnya, pembuatan baju basiba dinilai lebih mudah dibandingkan jenis baju lain. Baju basiba memiliki pola yang lebih sederhana dan menjahitnya mudah. Cukup modifikasi di ukuran, baju basiba sudah bisa tampil cantik sesuai dengan keinginan klien. 




Izza maksimalkan pengalaman kursusnya bukan untuk peningkatan ekonomi saja, tetapi juga untuk kuliahnya. Izza sangat senang karena setelah kursus, nilai-nilainya melonjak naik dan keterampilan menjahitnya pun meningkat.


Yetti sebagai Direktur LKP Anggrek pun sering terjun langsung memberikan materi menjahit. Ia bertemu dengan Izza yang memiliki potensi besar untuk sukses di bidang busana. 


LKP yang sudah berdiri sejak 2001 itu terus berkomitmen untuk menghadirkan lulusan yang kompeten. Tidak hanya menghadirkan lulusan yang berwirausaha dan bekerja, tetapi menumbuhkan karakter alumni yang mencintai budaya Minangkabau. (Zia/Cecep)