SMK Ini Kenalkan ‘Gaya Hidup Minimalis’

Tangerang, Ditjen Diksi - Dunia fesyen memang tiada habisnya, berbagai desain busana terus berinovasi. Membaca peluang besar tersebut, Jurusan Tata Busana SMKN 4 Kabupaten Tangerang, Banten, menawarkan konsep busana yang mengusung “Gaya Hidup Minimalis”. Tema tersebut lahir dengan melihat tren masa kini yang banyak mengampanyekan gaya hidup minimalis.

 

Ketua Program Tata Busana SMKN 4 Kabupaten Tangerang, Nadya Karlima menyampaikan, gaya hidup minimalis tersebut mengutamakan pada konsep recycle yang pernah diikusertakan dalam lomba dari UNJ Expo.

 

“Mengenai konsep recycle ini, sebenarnya jadi ide di tengah keterbatasan. Kami juga pernah mengikuti lomba dari UNJ Expo hingga meraih juara harapan pertama, membuat Denim Dress. Konsep bajunya bolak-balik, kainnya disambung-sambung dari busana-busana pesta yang sudah lama,” jelas Nadya.

 

Mengembangkan inovasi busana dengan tema tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi peserta didik SMK Pusat Keunggulan (PK) tersebut. Pasalnya, mereka harus belajar mengelola bahan-bahan yang sudah ada, lalu didesain kembali menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Yakni, mulai dari mengukur bahan, memilih jenis bahan, hingga mengubah pola/desainnya menjadi baju-baju yang diinginkan.

 

Sejalan dengan hal itu, SMKN 4 Kabupaten Tangerang juga turut menggandeng dunia industri. Sekitar 11 dunia usaha, dunia industri, dan unia kerja (DUDIKA) bidang butik dan garmen di Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang  menjadi sasaran kerja sama bagi sekolah tersebut.

 

Tim Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja (P5BK) SMKN 4 Kabupaten Tangerang Ika Heriyah menyatakan, SMKN 4 Kabupaten Tangerang  bersama DUDIKA menghadirkan guru tamu, di antaranya Hutsa Rama Indonesia dan Iwan Amir, yang merupakan desainer pakaian casual siap pakai berlabel Badui’s Project. Keduanya memberikan pembelajaran mengenai desain digital dan membuat moodboard.

 

“Anak-anak sangat antusias dan sudah sangat canggih menerapkan pembelajaran ke ranah digital. Beberapa di antaranya membuat konten digital untuk menjual karya dan produk buatan mereka. Sehingga, anak-anak tidak hanya pandai dalam membuat suatu karya, namun juga menambah penghasilan dengan memasarkannya di dunia digital.” ujar Ika. (Diksi/SZ/TAN/AP/NA)