Sandang PK, Sekolah Ini Giat ‘Bangun Desa’

Sandang PK, Sekolah Ini Giat ‘Bangun Desa’

Magelang, Ditjen Diksi – Tak dipungkiri, program SMK Center of Exellence (CoE) pada 2020 yang dilanjutkan dengan SMK Pusat Keunggulan (PK) pada 2021 lalu telah memberikan dampak luar biasa pada sekolah-sekolah menengah kejuruan di Tanah Air. “Sebelum CoE pembelajaran di sekolah biasa saja. Setelah menjalankan program SMK CoE dan PK, kami tidak bisa menjalan program sekolah biasa saja, melainkan harus sesuai dengan tuntutan zaman yang harus dekat dengan dunia industri,” ujar Kepala SMK Muhammadiyah Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Nurul Laili.

Alhasil, lokasi yang tidak berada di kota besar membuat SMK Muhammadiyah Salaman merangkul industri di sekitarnya. “Karena, yang menjadi pusat keunggulan di SMK ini adalah jurusan tata boga maka kami bekerja sama dengan Kaliwot, sebuah rumah makan besar di Magelang,” tutur Nurul.

Nurul menjelaskan, dengan menyasar industri yang berdekatan dengan peserta didik di wilayah pedesaan maka program tersebut juga disesuaikan dengan “SMK Bangun Desa”. “Meski belum menjalankan pemadanan karena industri tergolong UMKM, namun kami telah melakukan pengembangan kewirausahaan bagi peserta didik,” terangnya.

Terlebih, dengan pelaksanaan project based learning (PBL) para peserta didik sangat antusias karena mereka saling berkolaborasi. Alhasil, empat jurusan di SMK Muhammadiyah Salaman, yakni akuntansi keuangan lembaga, manajemen perkantoran dan layanan bisnis, desain komunikasi visual, dan kuliner saling bekerja sama dalam proses pembelajaran di sekolah. “Untuk kerja sama antarjurusan ini, kami juga menggandeng industri untuk membimbing peserta didik,” jelas Nurul.

Sebagai proses menjalankan program “link and match”, sekolah juga telah menyelaraskan kurikulum dengan industri, guru tamu mengajar di sekolah, praktik magang siswa dan pengajar di industri, serta sertifikasi dari industri. “Karena banyak menggandeng industri kecil, peserta didik banyak yang diasuh oleh mereka. Misalnya, donatur yang berasal dari rumah makan. Meski terbilang kecil, bagi kami ini sangat berharga,” ujar Nurul.

Dengan total siswa sebanyak 726 orang, tercatat SMK Muhammadiyah Salaman telah mencetak lulusan yang bekerja di industri sekitar 70-an persen. Karenanya, “Kami terus membimbing jiwa kewirausahaan dalam diri peserta didik karena umumnya orang tua masih berharap anaknya langsung bekerja di industri,” tutur Nurul.

Ke depan, Nurul berharap dapat terus mengembangkan teaching factory (tefa) hingga turut menopang sekolah. “Kami juga sudah menawarkan ke sekolah sekitar bahwa tefa ini dapat digunakan bersama. Tidak masalah, mungkin saja sekolah lain masih sungkan,” pungkasnya. (Diksi/AP/NA)