Robot Angklung Inovasi BMTI, Warisan Budaya Dunia Berpadu dengan Sentuhan Modernisasi

Robot Angklung Inovasi BMTI, Warisan Budaya Dunia Berpadu dengan Sentuhan Modernisasi

Cimahi, Ditjen Vokasi - Alat musik tradisional di berbagai daerah merupakan keberagaman budaya, termasuk alat musik sunda, angklung. Di tangan Edy Bina Christian, Wakil Kepala Program Keahlian Kelistrikan Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV BMTI), sebuah inovasi menarik telah lahir, yaitu Robot Angklung (Robang).


Sebagai unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, BBPPMPV BMTI memiliki tugas melaksanakan pengembangan penjaminan mutu pendidikan, termasuk inovasi pembelajaran. Robang merupakan bukti nyata dari inovasi instruktur BBPPMPV BMTI.


“Saya juga menjadi instruktur pada kompetensi keahlian Ketenagalistrikan. Saya melihat perkembangan teknologi yang pesat menimbulkan dampak pada kurangnya perhatian generasi muda terhadap budaya lokal, terutama instrumen musik tradisional,” jelas Edy mengutarakan latar belakangnya membuat Robang. 


Robang ini dapat menggantikan peran 8 pemain angklung konvensional. Dengan teknologi robot, satu individu dapat mengoperasikannya, sementara robot secara otomatis mengeksekusi gerakan-gerakan yang dibutuhkan berdasarkan sensor gerak proksimitas yang terpasang di sekitarnya. Perangkat robot ini pun mewakili kemajuan teknologi antar generasi yang bertujuan untuk mempermudah aktivitas manusia tanpa mengubah esensi dan tujuan dari pekerjaan yang diemban.


Terintegrasi dengan Musical Instrument Digital Interface (MIDI)


Pada era modern ini, pengembangan produk warisan dengan sentuhan teknologi canggih menjadi suatu keharusan. Edy menyampaikan solusinya atas tantangan tersebut adalah dengan Robang yang dapat memainkan alat musik tradisional tersebut secara otomatis. Robang ini dapat mengikuti lagu yang telah direkam sebelumnya, tanpa perlu penyesuaian ulang saat lagu diganti.


“Pengoperasian robot angklung ini dilakukan melalui mode pemutaran, di mana gerakan angklung dipicu oleh sensor gerak pada Robang ketika mendeteksi gerakan manusia selama 2 detik. Data rekaman lagu disimpan dalam mini PC,” jelas Edy.


Saat beralih ke mode pemutaran, aktuator secara otomatis memainkan angklung dengan memetik setiap angklung secara harmonis, menghasilkan suara yang berbeda sesuai dengan nada yang diinginkan. Dalam desain ini, digunakan angklung dengan rentang 1 oktaf, sensor sentuhan untuk merekam gerakan, Arduino Mega 2560 sebagai pengendali utama, mini PC untuk penyimpanan data rekaman, dan motor DC door lock berperan sebagai aktuator penggerak. 


Robang ini pun cukup berbeda dengan robot alat musik lainnya karena  Edy mengintegrasikannya dengan Musical Instrument Digital Interface (MIDI) yang dihasilkan melalui Alat musik organ yang beriringan layaknya sebuah orkestra mini.


Edy melanjutkan, “Musik dari organ ini dijadikan standar durasi yang diperlukan saat memainkan sebuah angklung. Dengan harmonisasi suara ini akan menghasilkan kesan yang memikat bagi pendengar.”


Robang Akan Terus Berkembang


Ke depan, Edy menyampaikan mimpinya agar Robang dapat mendukung proses pembelajaran secara luas, khususnya bagi pembelajaran musik tradisional. Selain itu, ia pun ingin Robang dapat  memberikan akses pembelajaran di bidang musik, khususnya bagi individu yang menghadapi keterbatasan fisik (disabilitas). 


“Robang akan memudahkan teman disabilitas yang ingin belajar instrumen musik angklung, minimal mengetahui nada-nada terlebih dahulu,” tutur Edy.


Selain itu, terdapat rencana pengembangan lanjutan, seperti integrasi huruf Braille atau teknologi sensor sentuh. Pada tahap pengembangan berikutnya, Edy berharap dapat meningkatkan rentang oktaf guna menjaga tingkat kompleksitas yang diperlukan, sambil tetap memperoleh dukungan dari berbagai pihak untuk memastikan kelengkapan pengembangan yang diinginkan. (BBPPMPV BMTI/Zia/Cecep)