Peluang Usaha dari Kursus Membatik, yang Mau Cuan Merapat!

Peluang Usaha dari Kursus Membatik, yang Mau Cuan Merapat!

Yogyakarta, Ditjen Vokasi - Kursus membatik di lembaga kursus dan pelatihan (LKP) dapat menjadi cara terbaik untuk belajar seni batik Indonesia. Dengan mengikuti kursus membatik, peserta akan diajarkan teknik dasar sampai dengan tingkat lanjutan dalam membuat motif batik yang indah dan unik.


Tidak hanya melestarikan budaya, tetapi dengan kursus membatik pun dapat membuka peluang usaha yang cukup besar. Salah satunya adalah di bidang fashion and craft. Bukti nyata alumni kursus membatik yang bisa berwirausaha adalah Santi Candra yang membuka usaha bernama SiChantiq (@sichantiq.id).


Santi adalah salah satu alumni LKP Arimbi Yogyakarta pada tahun 2021. Saat ini, ia berbisnis di bidang industri kreatif, khususnya untuk produk fashion and craft. Ia menjual menjual t-shirt, cardholder, scraf, shawl, dan lain sebagainya. 


“Awalnya saya merasa malu karena tidak pernah tahu cara membatik,” tutur Santi mengawali cerita saat mengikuti kursus di LKP Arimbi.


Perempuan asli Yogyakarta itu memang awalnya belum mahir dalam membatik, bahkan tidak tahu sama sekali cara membatik. Hingga akhirnya ia memilih untuk kursus. Di LKP tersebut, ia belajar tentang filosofi batik, motif batik di Indonesia, dan tak terlewati adalah praktik langsung. 


Selama 3 bulan pembelajaran, Santi semakin yakin untuk membuka usahanya. Dengan berkonsep produk ecoprint alias ramah lingkungan, produk buatan Santi memiliki nilai tambah. Setiap produk buatannya menggunakan pewarnaan dan print dari bahan alam, seperti daun dan bunga serta batang kayu. 


Berdasarkan keunikan itulah, Santi mendapatkan omzet terbesar belasan juta. 


“1.000 pcs pernah terjual dalam waktu kurang lebih dua bulan untuk produk binder buku dari batik dan lurik,” cerita Santi.


Usaha yang Santi jalankan tidak hanya bermanfaat untuk pribadi. Akan tetapi, ia juga memberikan peluang pekerjaan kepada orang-orang di sekitarnya. Terdapat satu orang yang membantunya sebagai admin dan satu orang lagi berwenang sebagai petugas lapangan. Sementara itu, untuk tenaga produksi, ia memanfaatkan ibu-ibu rumah tangga yang membutuhkan pendapatan tambahan.



Pusat Pembelajaran Membatik di LKP Arimbi Yogyakarta


Santi mengaku senang karena selama belajar di LKP Arimbi, ia melakukan berbagai macam praktik membatik. Bukan hanya untuk motif tradisional atau motif khas keraton Yogyakarta, tetapi juga praktik kontemporer. 


Hal itu pun dibenarkan oleh Arimbi selaku Pendiri dan Direktur LKP Arimbi. Arimbi menyampaikan bahwa dalam pembelajaran di LKP, siswa mendapatkan materi secara lengkap.


“Di samping mengajarkan pakem-pakem batik Yogyakarta, kami pun mengajarkan pola batik di daerah lain,” tutur Arimbi.


Menurutnya, di setiap daerah memiliki khas batiknya tersendiri. Sebagai contoh misalnya pola batik di Jawa Barat dan Yogyakarta saja tentu berbeda. Apalagi jika peserta didik yang berasal dari luar daerah Jawa, Arimbi juga mengajarkan motif batik sesuai dengan daerah peserta didik tersebut. 


Arimbi selalu menekankan ke peserta di LKP-nya untuk benar-benar mengetahui makna, teknik, dan cara pembuatan batik. Dengan begitu, peserta didik akan bersungguh-sungguh membuat karya batik yang terdapat alur ceritanya. Dengan begitu memiliki nilai lebih dari batik yang telah dibuat.


Tidak hanya mengutamakan nilai budaya, di LKP tersebut bun Arimbi menekankan nilai kewirausahaan kepada peserta didiknya. Menurutnya yang paling dasar dalam berwirausaha di bidang membatik adalah mengetahui segmen pasar. Dengan mengetahui pasar, kita dapat membuat produk kreasi batik yang sesuai dengan keinginan pasar.


Arimbi menyampaikan, “Selain itu yang tak kalah penting juga pemasaran dan kolaborasi.”


Dalam menunjang pembelajaran, LKP Arimbi pun memiliki teaching factory (Tefa) yang setiap harinya memproduksi kain batik. Peserta didik dapat turut serta membantu dalam proses produksi batik, mulai dari pembuatan motif, pewarnaan, bahkan sampai pengemasan. 


Arimbi sudah sejak tahun 1988 mendirikan pelatihan membatik. Menurutnya, hal itu adalah usaha terbaiknya untuk melestarikan kebudayaan. Sebagaimana yang kita tahu, batik telah digunakan sehari-hari, mulai dari lahir, menjelang remaja, menikah sampai dengan meninggal yang menggunakan lurup batik. Dengan adanya kursus membatik bisa menularkan ke pemuda sebagai penerus bangsa. (Zia/Cecep)