Nih, Jago-jago Masak dari Salaman!

Nih, Jago-jago Masak dari Salaman!

Magelang, Ditjen Diksi – Berbeda dengan sekolah menengah umum, sekolah menengah kejuruan (SMK) menyelenggarakan proses pembelajaraan dengan porsi praktik lebih banyak daripada teori, atau 60:40. Tak heran, para peserta didik SMK memiliki keahlian tersendiri dalam melakukan pekerjaan di bidang tertentu.

Tengok saja Dwi Nur Hanifah. Alumni jurusan tata boga SMK Muhammdiyah Salaman, Magelang, Jawa Tengah, tahun 2020 tersebut kini menjadi daily worker di Plataran Borobudur. Tak hanya bekerja, Dwi juga tercatat sebagai mahasiswi jurusan pertanian program studi agribisnis Universitas Muhammadiyah Purworejo. “Karena desa asal saya umumnya pertanian, makanya saya memilih pertanian,” ujarnya.

Di Plataran, Dwi bekerja membuat kue-kue atau pastry. Tak hanya di tempatnya bekerja, perempuan ini kerap menerima pesanan untuk membuat kue di rumahnya. Menariknya, sebagai inovasi, perempuan ini berencana membuat cookies berbahan dasar juwawut, tanaman pangan berjenis sereal. “Karena banyak ditinggal masyarakat maka saya memakai juwawut untuk mengembangkan panganan lokal,” terangnya.

Dwi pun mengakui alasan memilih SMK agar dirinya memiliki bekal bekerja di rumah. “Agar sekolah tidak sia-sia,” ujarnya.

Ke depan, Dwi bercita-cita membuat resto berkonsep agribisnis. “Jadi, menyelaraskan potensi desa dengan kemampuan yang saya miliki. Desa asal saya dikenal dengan hasil durian dan alpukat sehingga banyak dikunjungi wisatawan maupun untuk penelitian. Saya ingin desa lebih terkenal,” jelasnya.

Lain lagi dengan Mat Riyanto. Siswa kelas XII SMK Muhammdiyah Salaman ini telah memiliki usaha sendiri di rumahnya. Seiring passion sedari kecil, Riyanto kini telah berani menjajakan hasil olahan pelbagai jenis kue ringan maupun kue ulang tahun nan ciamik besutan diri sendiri.

Berbagai nama kue, semisal Doraemon Custom Cake, Letter Cake, Hello Kitty Custom Cake, dan Lunch Cake Box menjadi hasil kreasi olahan kue Riyanto yang menawan. “Awalnya ada saudara yang pesan. Lama-kelamaan banyak yang pesan hingga akhirnya menerima pesanan,” tuturnya.

Menurut Riyanto, proses paling menantang dalam membuat kue-kue tersebut pada saat mendekorasi. “Jadi, kalau yang agak susah, ya membutuhkan waktu yang lama,” ujarnya.

Adapun untuk menjajakan bisnisnya, Riyanto memakai sarana media sosial. Meski belum banyak, toh setiap pekan atau bulan ada saja yang memesan kue olahannya. Terlebih, pesanan kue pun mengalir cukup banyak seiring bulan Ramadan. “Untuk pesanan yang tidak terlalu rumit, bisa diselesaikan dalam waktu sekitar 1 jam,” jelasnya. (Diksi/AP/NA)