Masih SMK jadi Dalang Profesional, Aming Ajen Aktif di Komunitas Sastra

Masih SMK jadi Dalang Profesional, Aming Ajen Aktif di Komunitas Sastra

Jakarta, Ditjen Vokasi - Talenta insan vokasi kembali memberikan kontribusi nyata dalam melestarikan warisan budaya dan bahkan aktif di komunitas sastra. Kali ini, Muhamad Armin atau biasa disapa Aming Ajen, siswa kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Pandeglang, Banten dari Program Keahlian Seni Pertunjukan menjadi dalang profesional.


Bersama dengan timnya yaitu Wayang Nganjor, Aming pun tampil memukau di Pentas Karya Komunitas Sastra dan Literasi Nasional 2024 pada Selasa (10-12-2024) sebagai dalang. Kegiatan ini merupakan upaya dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk memberikan wadah apresiasi bagi komunitas sastra dan literasi melalui unjuk karya.


Tampil di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM) merupakan hal yang membanggakan bagi Aming dan tim. Dengan mengangkat cerita lokal di Banten dan dikemas secara menarik, cerita Babad Banten ini tersampaikan dengan baik. 


“Kami memindahkan cerita sastra dari Babad Banten yang tertuang dalam manuskrip menjadi bentuk pagelaran wayang nganjor yang merupakan wayang golek,” ungkap Aming. 



Lebih lanjut, ia pun menjelaskan bahwa cerita tersebut merupakan cerita yang hampir punah dan jarang diketahui publik. Namun, dengan dialihwahanakan dalam bentuk wayang, Aming berharap bahwa babad dapat dinikmati oleh masyarakat. 


“Kisah Babad ini bercerita tentang penyebaran agama Islam di Tanah Banten,” ujar Aming.


Sejak Dini Sampai jadi Insan Vokasi


Ketertarikan Aming pada pedalangan memang bukan hal yang baru. Terinspirasi dari sang ayah, yang juga seorang dalang, membuat Aming sudah tertarik dengan pedalangan sejak usia 5 tahun. Ketertarikan tersebut membuat Aming percaya pada potensinya sehingga memilih SMK untuk meningkatkan keterampilan. 


“Saya sangat bangga bisa melestarikan wayang golek, di mana saya masih SMK. Saya jadi tahu lebih dalam tentang seni pertunjukan ketika belajar di SMK. Pelajaran favorit saya di SMK adalah Produksi Seni Pertunjukan,” cerita Aming.


Aming mengungkapkan bahwa Produksi Seni Pertunjukan sangat memberikannya pengetahuan tentang produksi secara keseluruhan, mulai dari tata letak panggung, tata cahaya, tata rias, sampai dengan tata busana. Kesehariannya menjadi anak SMK yang kaya akan praktik memperdalam keterampilannya pula di dunia pedalangan. Bahkan, ia pun sudah pentas di beberapa kota di Indonesia, seperti Majalengka, Bandung, Yogyakarta, dan masih banyak lagi.





“Saat ini saya pun sedang magang di industri seni pertunjukan yaitu Wayang Ajen. Guru saya adalah Ki Dalang Wawan Ajen dan Ki Dalang Tirta Nugraha Pratam. Wayang Ajen juga sekolah pertama saya terkait ilmu pedalangan,” ungkap Aming.


Seraya magang, ia pun mengembangkan komunitasnya yang ia kelola yaitu Wayang Ngajor. Di komunitas sastra ini, Aming belajar banyak pula untuk terus menumbuhkan kecintaannya terhadap kebahasaan dan kesusastraan yang berkembang di Banten. Terlebih, komunitas ini pula menyasar kepada anak-anak muda seusianya. 



“Tidak perlu malu untuk belajar kesenian dan kesastraan. Menurut saya, zaman sekarang juga bisa belajar melestarikan hal tersebut menggunakan digital. Misal wayang menggunakan animasi sehingga bisa lebih bisa tersampaikan,” jelas Aming memberikan pesannya kepada generasi muda. (Zia/Cecep)