Magang Bersertifikat dan Studi Independen Cetak SDM Berkelas Global
Jakarta, Ditjen Diksi – Melahirkan paradigma baru dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang andal dan unggul, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi melepas 13.271 mahasiswa untuk melakukan magang bersertifikat dan studi independen beberapa waktu lalu. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim pun menyampaikan rasa bangganya terhadap mahasiswa Indonesia yang turut serta mengikuti salah satu rangkaian kegiatan Kampus Merdeka ini.
“Rasanya tidak habis-habis senang dan bangga terhadap mahasiswa Indonesia. Sebanyak 22 ribu peserta telah mengikuti Kampus Mengajar angkatan ke-2, sebanyak 970 mahasiswa mengikuti pertukaran mahasiswa luar negeri yang akan disusul oleh lebih dari 11 ribu pertukaran mahasiswa merdeka. Kemudian, hari ini sebanyak 13.271 mahasiswa dari 553 perguruan tinggi menjalankan program magang dan studi independen bersertifikat,” ungkap Menteri Nadiem.
Nadiem menambahkan, hal itu menjadi hadiah terbaik untuk Indonesia yang baru saja merayakan kemerdekaan ke-76. Pasalnya, keberhasilan mahasiswa dalam melewati berbagai proses seleksi untuk mengikuti kegiatan Kampus Merdeka merupakan bukti bahwa mahasiswa Indonesia memiliki kualitas yang sesuai dengan profil talenta yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan kelas dunia.
Senada dengan Nadiem, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto optimistis Indonesia akan tumbuh dan tangguh dengan saling bergandengan dan berupaya bersama dalam melahirkan lulusan yang kompeten. “Arahan Mas Menteri kepada kita adalah do something different agar bisa berlari cepat, agile, menjadi agen-agen perubahan. Atau, lakukan hal yang sama dengan cara berbeda, seperti ‘link and match’ dalam program magang bersertifikat dan studi independen ini,” terangnya.
Adapun berbagai inovasi yang dilakukan, di antaranya menggandeng Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang turut mendanai program-program terbaik bagi mahasiswa, termasuk memfasilitasi magang bersertifikat dan studi independen. Apabila menunjukkan dampak yang positif, tambah Wikan, maka program tersebut dapat diselenggarakan secara berkelanjutan.
“Kalau inovasi ini menunjukkan impulse yang positif, siapa pun presidennya, siapa pun menterinya, pasti akan merasa sayang kalau program ini berhenti. Ini adalah challenges, ada sekitar 13.200 lebih mahasiswa yang berangkat di batch pertama ini, ada sekitar 102 perusahaan yang sudah dikurasi, dikoordinasi, dan disamakan SOP-nya,” jelas Wikan.
Adapun Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Prof. Nizam mengungkapkan, adanya “link and match” antara akademis dengan industri dapat membangun ekosistem yang bergandengan tangan untuk menciptakan sarjana yang unggul. “Perang untuk memperebutkan talenta, kita pakai untuk menggerakkan kampus-kampus bersama industri. Kita gerakkan kampus untuk berinovasi dengan demand teman-teman kita dari industri,” ujarnya.
Nizam menambahkan, tidak ada hari tanpa adaptasi dan inovasi, baik dalam riset, pendidikan maupun pemberdayaan masyarakat. Dengan aksi nyata dan karya nyata, pemerintah mengarahkan sistem menjadi demand driven. Sehingga, apa yang dihasilkan perguruan tinggi dapat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat.
Hal itu tentu disambut baik oleh pihak industri. Seperti Evelyn Yonathan selaku Chief People Officer Lazada Indonesia yang mengaku selama ini kesulitan untuk menemukan talenta yang kompeten. Akan tetapi, dengan adanya program magang bersertifikat ini menjadi win-win solution bagi industri maupun dunia pendidikan.
“Sebenarnya berpartisipasi di Kampus Merdeka ini merupakan investment untuk Indonesia lebih maju lagi ke depannya. 81 anak di Lazada melakukan on boarding hari pertama hingga hari ke-10. Kami sudah menyiapkan modul yang terbagi atas 70 persen belajar sambil bekerja, 20 persen belajar dari mentor, serta 10 persen belajar melalui kelas training yang dibagi menjadi training online dan individual,” jelas Evelyn.
Sedangkan Direktur Bank Indonesia Institue, Arlyana Abubakar menjelaskan bahwa pihaknya juga telah mempersiapkan sistem yang akan diterapkan kepada mahasiswa magang bersertifikasi dan studi independen tersebut. “Dalam program ini tentunya kami sejalan. Ada 3 standardisasi, yakni knowledge mahasiswa, skill untuk mengimplementasikan apa yang mereka pelajari dalam riset dan proyek, serta membentuk attitude,” tuturnya.
Menurut Arlyana, program magang bersertifikasi ini sangat relavan, terlebih dalam kondisi saat ini yang menuntut seseorang tidak hanya dapat bekerja dengan baik. Akan tetapi, bagaimana SDM tersebut mampu melakukan terobosan baru dan inovasi. (Diksi/Tan/AP/Teguh Susanto)