LKP Cek Nong Kustum Fokus Berdayakan Perempuan dan Lestarikan Budaya

LKP Cek Nong Kustum Fokus Berdayakan Perempuan dan Lestarikan Budaya

Banda Aceh, Ditjen Vokasi - Setiap perempuan memiliki nilai lebih di dalam dirinya. Itulah yang dipercaya oleh Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Cek Nong Kustum, Banda Aceh untuk memberikan kursus menjahit khusus untuk perempuan. 


LKP Cek Nong Kustum berusaha mewujudkan mimpi perempuan-perempuan di Banda Aceh untuk memiliki keterampilan menjahit. Perempuan yang menginginkan gaun dan baju buatan sendiri bahkan perempuan yang ingin meningkatkan finansial dengan menjahit. 


Maka dari itu, dengan pengalaman lebih dari 35 tahun dalam menjahit, Nurhayani mendirikan LKP Cek Nong Kustum di tahun 2011. 


“Alasan mendirikan LKP untuk mencari dan mengasah bibit-bibit penjahit untuk generasi berikutnya. Dengan tujuan agar perempuan bisa mandiri atau turut membantu perekonomian keluarga,” jelas Nurhayani.


Nurhayani yakin, dengan mendirikan LKP  tersebut, tujuannya untuk membantu sesama perempuan menjadi lebih mudah untuk direalisasikan.



Dalam pembelajaran di LKP, Nurhayani berfokus untuk menciptakan karya kreatif di bidang tata busana. Peserta didik diajarkan materi mengenai busana level dasar sampai dengan membuat baju/gaun untuk pesta. 


Sebagai Pendiri LKP Nurhayani juga sering menyampaikan kepada peserta didiknya bahwa menjahit bukan hanya menjahit pakaian, tetapi juga menjahit rasa. Kefokusan dan kepekaan bagi seorang penjahit menjadi salah satu kunci yang penting untuk menghasilkan pakaian yang bagus dikenakan.



Sudah ribuan alumni yang terbantu dengan kursus menjahit di LKP tersebut. Salah satunya adalah Risa yang menjadi alumni program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) 2015. Ia yang sudah memiliki dasar menjahit, merasa keterampilan menjahitnya semakin terasah dengan mengikuti kursus.


Perubahan yang paling berdampak padanya adalah bisa mengkreasikan baju, khususnya dalam menjahit gaun. 


“Membuat gaun memang cukup banyak tantangannya karena harus jeli membaca desain dan model. Tapi menurut saya di situlah menariknya,” tutur Risa.


Dalam membuat gaun Risa dapat menghabiskan waktu satu hari. Bila ditambah penambahan payet dan aksesoris, pembuatan gaun bisa 2-3 hari. 


Dari bantuan program PKW, ia pun mendapatkan modal kain dan beberapa alat jahit. Modal tersebut ia manfaatkan untuk usahanya. Hingga kini ia sudah memiliki mesin jahit modern dan mesin obras untuk menunjang usaha. 



Turut Melestarikan Pakaian Adat Aceh


Berawal dari banyak tetangga yang bertanya mengenai pakaian sewa baju adat, Nurhayani pun tersadar kebutuhan akan penyewaan baju adat sangatlah besar. 


Maka dari itu, Cek Nong Kustum mengambil langkah untuk memenuhi permintaan pasar dengan memproduksi pakaian sewa. Sejak tahun 2013, LKP tersebut pun turut melestarikan budaya Aceh, khususnya  untuk pakaian adat.


“Ada ratusan pasang pakaian adat yang kami stok untuk kebutuhan acara di Aceh.  Paling umum ketika 17-an, perpisahan TK/SD atau pergelaran seni lainnya,” jelas Teuku Khaiqal selaku Sekretaris LKP Cek Nong Kustum.


Di LKP Cek Nong Kostum menyediakan pakaian adat lengkap untuk pria dan wanita. Pakaian adat Aceh untuk pria terdiri dari baju kurung, celana jongkit, songkok, serta sepatu kulit atau sandal. Sementara itu, pakaian adat Aceh untuk wanita terdiri dari baju kurung, kemben, serta hijab atau sanggul.


Pembuatan pakaian adat Aceh tersebut pun dikerjakan oleh para pengurus LKP. Dalam setahun, baju pakaian adat Aceh ala LKP Cek Nong Kustum tersewa lebih dari 200 set pakaian. Dengan mematok harga  Rp 35 ribu s/d  Rp 100 ribu, penyewaan baju adat Aceh laris manis di pasaran. (Zia/Cecep)