Kisah Inspiratif Alumni Program PKW: Berawal dari IRT, Kini Buka Usaha Salon Rias Pengantin dan Perawatan Kulit
Bandung, Ditjen Vokasi - Tak ada kata terlambat untuk mencoba dan tak ada kata terlambat untuk belajar, itulah yang Nina Rozanah percayai. Nina sangat bersemangat mengikuti kursus tata rias pengantin di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Sri Maya, Bandung, Jawa Barat meski usianya tak lagi muda dan hanya ibu rumah tangga (IRT). Melalui program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW), Nina pun bisa merintis bisnis salonnya dan kini sukses di bidang tersebut.
“Dulu saya takut tidak diterima karena batas usianya 35 tahun dan di tahun 2018 usia saya pas 35 tahun. Berbeda dengan PKW tahun-tahun sekarang yang maksimalnya 25 tahun ya,” cerita Nina.
Kekhawatiran tersebut sirna begitu saja karena LKP Sri Maya pun membuka kesempatan yang selebar-lebarnya untuk Nina memperdalami ilmu tata kecantikan bidang rias pengantin. Walaupun teman-teman program PKW lainnya banyak yang lebih muda, ia tetap tak kalah semangat untuk meningkatkan kompetensi.
Pembelajaran kurang lebih dua bulan tersebut membuat Nina bisa meraih sertifikat kompetensi dan juga membuka usaha dengan nama Nina Rose Salon.
“Melalui program PKW yang diberikan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, saya diberikan modal berupa alat-alat makeup dan langsung buka salon. Saya pun didukung oleh suami dan anak-anak saya sehingga membuat saya tambah semangat merintis usaha,” ungkap Nina.
Jatuh Bangun Menjaga Rintisan Usaha
Tak ada yang mudah dalam merintis usaha, begitupun dengan Nina. Di bulan-bulan pertama setelah lulus memang masih sedikit pelanggan yang menggunakan jasanya. Namun, lambat laun ia pun dikenal oleh masyarakat.
Satu tahun membuka salon, ia pun ditimpa musibah. Anak kedua dan suami yang mendukungnya penuh harus meninggalkannya karena sakit. Di tengah keputusasaan tersebut, Nina terus berusaha menghidupi anak-anak lainnya.
“Almarhum suami saya dulu selalu bilang harus buka salon biar bisa punya usaha sendiri. Maka dari itu, saya pun kursus tata rias. Ternyata itu pertanda almarhum mau meninggalkan saya,” terang Nina.
Tak mau berlarut-larut dalam kesedihan, Nina pun membenahi diri dan bangkit kembali. Setelah kehilangan itu, usaha tata riasnya pun semakin ramai. Ia pun mengikuti kursus kembali di LKP Sri Maya untuk bidang tata kecantikan kulit dan tata kecantikan rambut
“Awalnya memang buka salon rias tapi saya juga ingin menambah bisnis baru untuk membuka perawatan kulit dan rambut,” terang Nina.
Di salon perawatannya tersebut ia membuka jasa totok wajah dan facial. Ilmu yang berasal dari tata kecantikan rambut sangat diperlukan ketika ia merias pengantin yang tak berhijab dan menjadi hair stylist.
Semua ilmu yang ia dapatkan di kursus, memberikan dampak yang baik bagi hidupnya. Ia pun bisa membiayai anaknya yang kuliah seorang diri. Pelanggannya bukan hanya di wilayah Bandung, tetapi juga sudah sampai ke Jawa Tengah. Omzet per bulannya pun ia sudah mendapatkan puluhan juta.
“Ilmu dari LKP Srimaya sangat menjadi modal dasar untuk bisa berkembang sehingga bisa menghidupi anak-anak hingga kuliah. Salon saya tetap berkembang karena saya selalu update di media sosial melalui @ninerose_wedding, @ninerose_makeup, dan @ninerose_salonn,” cerita Nina.
Tidak hanya bermanfaat untuk keluarganya pribadi, Nina pun membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang. Kini, ia sudah mempunyai tim yang banyak, tiga orang di antaranya adalah alumni dari LKP Sri Maya juga.
Sri Maya selaku Pemimpin LKP Srimaya melihat perkembangan kompetensi yang dimiliki oleh Nina. Nina pun sudah menjadi mitra LKP Srimaya karena merupakan salah satu alumnus yang sukses.
“Nina memiliki kemauan yang besar semangatnya seperti anak muda. Ia pun sudah mengikuti uji kompetensi untuk menjadi instruktur,” jelas Sri.
Menurut Sri, terjun ke dunia tata kecantikan haruslah memiliki kemampuan teknis dan juga bisnis. Hasil karya perlu juga dipublikasikan di media sosial sehingga dapat menjaring banyak pelanggan. LKP yang didirikannya sejak 2006 itu pun tidak hanya mencetak makeup artist (MUA) tapi juga seorang wirausaha. (Zia/Cecep)