Hidden Canyon Beji Guwang Jadi Praktik Baik Kolaborasi Politeknik Negeri Bali dan Pemerintah Daerah
Bali, Ditjen Vokasi - Sebagai destinasi wisata di Indonesia, Bali seolah tak pernah luput untuk menghadirkan objek wisata dan atraksi wisata baru. Salah satunya adalah Hidden Canyon Beji Guwang, sebuah objek wisata yang menawarkan wisata canyoning satu-satunya di Bali.
Objek wisata ini menjadi praktik baik kolaborasi antara Politeknik Negeri Bali (PNB) dengan pemerintah daerah setempat.
Terletak di Banjar Wangbung, Jalan Sahadewa Desa Guwang, Kec. Sukawati, Kabupaten Gianyar, objek wisata ini berada sekitar 14 kilometer dari Kota Denpasar. Tempat wisata ini menawarkan keindahan alam berupa canyon yang berada di aliran sungai Guwang dan bermuara di Laut Ketewel. Canyonnya terbentuk secara alami dari erupsi Gunung Batur dengan variasi lekukan bebatuan sungai yang membentuk trek mengasyikkan untuk disusuri.
Di balik keindahan objek wisata ini, rupanya ada peran serta Politeknik Negeri Bali (PNB) yang telah turut serta mengembangkan tempat wisata ini. Peran serta PNB sudah terlihat dari plang PNB yang dipajang di pintu masuk obyek wisata ini.
Mengusung green tourism sebagai keunggulan spesifiknya, PNB memang telah banyak melakukan pendampingan terhadap desa-desa di Bali untuk mengembangkan potensi mereka, utamanya di bidang pariwisata. Kegiatan pendampingan ini dilakukan melalui berbagai program, seperti Pengabdian Kepada Masyarakat, Program Bina Desa, hingga Merdeka Belajar Mandiri. Satu satunya seperti wisata Hidden Canyon Beji Guwang ini.
Ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Garuda Wisnu Prabawa, Kadek Aditya, mengatakan bahwa peran PNB sangat dirasakan dalam membantu mengembangkan wisata Hidden Canyon Beji Guwang. Kehadiran PNB telah membuat pengelolaan objek wisata ini menjadi lebih modern.
“Awalnya objek wisata ini hanya dikelola secara tradisional. PNB kemudian membantu kami untuk mengembangkan tata kelolanya menjadi lebih modern, baik dari sisi infrastruktur maupun dari aspek kelembagaannya,” kata Kadek Aditya beberapa waktu lalu.
Diakui Kadek, untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di Desa Guwang ini awalnya memang tidaklah mudah. Terlebih dari sisi sumber daya manusia (SDM) yang masih sangat terbatas.
“Kita kan ruang lingkupnya desa, jadi tidak bisa profesional, yang profesional umumnya pada ke kota,” kata Kadek melanjutkan.
Melalui kerja sama dengan PNB, perlahan potensi wisata hidden canyon ini mulai digarap. Pelatihan terhadap pemandu wisata dilakukan oleh PNB termasuk pembangunan beberapa infrastruktur, seperti gapura, gazebo, dan beberapa spot foto yang dilakukan oleh para mahasiswa PNB.
Bersama PNB, Bumdes Desa Guwang juga melakukan mapping untuk tracking wisata menyusuri canyon. PNB juga membantu untuk merancang paket-paket wisata yang ditawarkan kepada para pengunjung.
“Kami juga dibantu oleh PNB untuk menentukan harga tiket masuk,” kata Kadek.
Penentuan harga tiket, lanjut Kadek, tidak mudah, mengingat objek wisata ini melibatkan kepemilikan tanah desa adat dan juga tanah milik warga yang dilintasi jalur wisata ini.
“Untuk tiket kami tentukan Rp240.000 untuk wisatawan mancanegara dan Rp180.000 untuk domestik. Dari harga tersebut, kami bagi-bagi, misalnya sekian persen untuk desa adat, untuk warga, untuk pengembangan usaha, untuk laba, dan semuanya dibantu oleh PNB,” terang Kadek.
Dari sisi kelembagaan, PNB juga membantu dalam tata kelola kelembagaan di Bumdes, termasuk dalam hal pembuatan laporan keuangan, laporan usaha, dan sebagainya. Dengan demikian, pengelolaan wisata ini bisa dipertanggungjawabkan dengan baik dan menumbuhkan kepercayaan dari seluruh warga.
Tata kelola objek wisata yang semakin profesional tersebut membuat objek wisata ini mampu membubuhkan laba sekitar Rp20 juta pada tahun 2018 dan meningkat empat kali lipat pada tahun 2019 menjadi Rp80-an juta. Sayangnya saat pandemi, objek wisata ini sempat terpuruk sebelum mulai pulih kembali sejak 2022 lalu.
Direktur Politeknik Negeri Bali, I Nyoman Abdi, mengatakan bahwa PNB memang berkomitmen untuk mendukung pengembangan potensi daerah, salah satunya terkait dengan potensi wisata. Saat ini, PNB telah memiliki sejumlah desa-desa binaan yang tersebar di seluruh kabupaten di Bali, dimana sebagian besar merupakan desa wisata.
“Kami berkolaborasi dengan pemerintah daerah setempat untuk mengembangkan potensi wisata, khususnya green tourism. Jadi, semua jurusan kami terjunkan dan semua arahnya adalah green tourism yang kami dorong untuk menjadi keunggulan spesifik dari PNB,” ujar I Nyoman Abdi. (Nan/Cecep)