Dari Matching Fund, Polman Bandung Buat CNC untuk Pendidikan dan Industri Kecil Menengah

Dari Matching Fund, Polman Bandung Buat CNC untuk Pendidikan dan Industri Kecil Menengah

Bandung, Ditjen Vokasi - Program Dana Padanan atau Matching Fund telah berhasil membangun ekosistem pendidikan yang kolaboratif antara pendidikan tinggi vokasi dengan industri. Dari kolaborasi tersebut juga telah lahir berbagai inovasi untuk menjawab berbagai tantangan, tidak hanya di industri dan masyarakat, tetapi juga di dunia pendidikan. Salah satunya adalah melalui kegiatan Hilirisasi Mesin Computer Numerical Control (CNC) Milling 5 Axis oleh Politeknik Manufaktur (Polman) Bandung dan industri mitra, PT CNC Controller Indonesia.


Sebagaimana diketahui, teknologi proses pemotongan berbasis controlled machine saat ini merupakan sebuah keniscayaan, utamanya pada industri manufaktur. Penggunaan teknologi ini bahkan sudah merambah pada industri kecil menengah (IKM) yang menunjang perusahaan besar. Mereka menggunakan pemotongan berbasis controlled machine untuk mendukung proses produksi mereka.


“Oleh karena itulah, penguasaan teknologi ini juga harus dapat terjangkau oleh seluruh kalangan dan bisa di akses oleh semua pihak,” kata Haris Setiawan, dosen sekaligus ketua pengusul kegiatan Hilirisasi Mesin CNC Milling 5 Axis ini.


Menurut Haris, selama ini salah satu alasan mahalnya penguasaan teknologi dibidang controlled machine tersebut adalah fasilitas mesin CNC yang masih banyak dibeli melalui impor. Oleh karena itulah, selain berimbas pada ketergantungan pada pihak luar, hal itu juga berdampak pada rendahnya penguasaan teknologi. 


“Inilah yang kemudian mendasari kami mengembangkan mesin CNC Milling 5 Axis yang tidak hanya bisa menekan biaya investasi, tetapi juga percepatan penguasaan teknologi yang akan berimbas pada pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan industri khususnya bidang CNC machine,” kata Haris.


Menurut Haris, mesin CNC Milling 5 Axis yang dikembangkan oleh Polman Bandung dan PT CNC Controller Indonesia sebagai mitra industri ini ditujukan untuk memenuhi norma dan standar laboratorium bengkel SMK bidang Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan. Menurutnya, kebutuhan mesin latih CNC Milling Trainer menurut Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) saat ini mencapai 4.491 unit. 


“Masalahnya pemenuhan terhadap kebutuhan mesin ini tidak sebanding dengan produsen mesin yang membuatnya khususnya di Indonesia. Oleh karenanya, perlu didorong perusahaan atau lembaga yang khusus membuat dan mengembangkan mesin CNC guna memenuhi kebutuhan pasar Indonesia,” ujar Haris.


PT CNC Controller Indonesia sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Didactic Digital Solution dengan pengalaman lebih dari 17 tahun berkarya, baik di dunia industri maupun pendidikan di Indonesia. Perusahaan tersebut telah menghasilkan mesin-mesin spesial dan alat bantu pembelajaran (teaching aid) buatan dalam negeri berteknologi CNC yang dihasilkan melalui riset dan rekayasa. 


Sejak 10 tahun terakhir PT CNC Controller Indonesia mendedikasikan segenap usaha, kemampuan, dan pengalamannya untuk kemajuan dunia pendidikan vokasi di Indonesia. Dedikasi tersebut diimplementasikan melalui produk-produk unit pelatihan CNC dan mekatronika dengan konsep cerdas yang telah disesuaikan dengan kebutuhan praktikum keterampilan, baik di SMK, politeknik, dan balai latihan kerja (BLK), serta kondisi lingkungan di Indonesia.


Masih menurut Haris, mesin CNC yang dikembangkan bersama mitra tersebut ditujukan untuk kebutuhan mesin latih (CNC Training Unit) bagi SMK dan perguruan tinggi vokasi. Mesin ini juga bisa juga digunakan sebagai mesin CNC small production untuk menunjang produksi IKM. 


Produk CNC ini memiliki desain yang unik karena selain ukurannya yang minimalis juga mempunyai tool change yang terletak di belakang meja sehingga cocok digunakan untuk training unit. Mesin ini juga dapat dikombinasikan dengan trunion table yang didesain sendiri serta menggunakan sistem transmisi hybrid yaitu gabungan antara harmonic gear dengan pulley belt sehingga bentuknya menjadi compact lebih kecil dan menghasilkan tinggi total minimum (170 mm). 


“Dengan bentuk yang unik tersebut, produk yang dikembangkan memiliki potensi untuk mendapatkan hak cipta dalam desain industri dan juga paten sederhana,” kata Haris.


Proses produksi CNC ini diintegrasikan dengan metode pembelajaran berbasis proyek atau project based learning (PBL) yang mencakup 10 mata kuliah dari 4 Prodi Teknologi Rekayasa Perancangan Manufaktur, Pengecoran Logam, Rekayasa Manufaktur, serta Otomasi Manufaktur dengan melibatkan 72 mahasiswa. Selain itu juga terintegrasi dengan proses pembelajaran PBL yang melibatkan 5 mata kuliah.


“Beberapa kendala yang dihadapi oleh dosen dan mahasiswa ini pada akhirnya memunculkan beberapa solusi dan menjadi pelajaran yang baik yang bisa diterapkan di masa datang. Beberapa praktik yang didapat selama program berlangsung seperti keaktifan mahasiswa yang terlibat di PBL akan mengasah keterampilan hard skills dan soft skills mereka,” kata Haris. (Nan)