Cerita Inspiratif Elo: Pilih Pendidikan Vokasi yang Ramah Disabilitas
Malang, Ditjen Vokasi - Sosok Elo Kusuma Alfred Mandeville menjadi sorotan karena video wisudanya yang viral di media sosial. Elo adalah seorang difabel tunadaksa dan merupakan alumnus Program Studi Desain Grafis, Fakultas Vokasi, Universitas Brawijaya. Ia memilih vokasi sebagai jalannya untuk menempuh pendidikan yang ramah disabilitas.
Bagi Elo, pendidikan vokasi membantunya dalam meningkatkan keterampilan dan minat di bidang desain grafis. Meskipun di awal-awal semester tidak berjalan mulus, ia mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya.
“Pada saat semester 1 dan 2 tugasnya mayoritas tugasnya belum berbentuk digital karena masih materi dasar. Untungnya, saya pun dibantu teman-teman dalam melukis, menggunting, dan lain-lain,” tutur Elo mengawali cerita tentang awal semesternya.
Pada semester selanjutnya, Elo sudah dapat menggunakan peralatan digital yang memudahkannya bekerja karena dapat menggunakan kakinya untuk mengerjakan menggunakan laptop. Menurut Elo, pendidikan vokasi yang banyak praktik dan proyek membuat ia semakin bisa meningkatkan kompetensi.
Elo menjelaskan, “Rata-rata tugas di semester tiga dan berikutnya sudah menggunakan laptop sehingga saya sudah bisa menyelesaikan tugas menggunakan kaki.”
Selama berkuliah, Eko pun turut aktif di berbagai aktivitas, meski memiliki tantangan fisik. Elo pernah mengikuti lomba TikTok Challenge untuk Hari Disabilitas Internasional 2020 dan masuk ke dalam TOP 10 video. Elo bahkan menjadi MC di 2nd International Conference on Disability and Diversity in Asia di Fakultas Hukum UB pada semester pertama. Ketertarikan Elo di dunia konten pun membuat ia menjadi Kreator Konten di Youtube dan Instagram pribadi miliknya.
Pendidikan Vokasi Ramah Disabilitas
Bagi Elo, pendidikan vokasi memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berkembang, terutama dengan menggunakan Kurikulum Merdeka. Ia pun turut serta dalam magang di CV Cakrawala Creative dan merasa terbantu dengan adanya program magang dalam pembelajaran di Kurikulum Merdeka. Hal tersebut dapat memberikan ia bekal saat terjun ke dunia kerja.
“Pendidikan vokasi sangat bagus karena mempersiapkan mahasiswanya langsung bekerja sehingga ketika sudah di dunia kerja tidak kaget dan sudah terbiasa,” pungkas Elo.
Dengan menekuni keahlian di bidang desain melalui DKV, Elo pun kini sudah bekerja di NGO Australia Indonesia Disability Research and Advocacy Network atau biasa dikenal dengan AIDRAN yang berpusat di Australia sebagai Social Media Officer. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui, Tak hanya bekerja di AIDRAN, Elo pun bekerja di perusahaan industri kreatif di Malang sebagai Content Creator.
“Saya tidak salah menempuh pendidikan vokasi karena job desk yang saya kerjakan di dunia kerja pun sudah pernah diajarkan ketika saya kuliah,” ungkap Elo
Dalam tugas kerja sehari-hari ia pun membuat berbagai macam desain media sosial dengan kreativitas. Menurutnya, bidang desain memiliki jenjang karier yang bagus.
Tak hanya itu, di program studi tersebut, ia pun memiliki teman disabilitas lainnya, yaitu tunarungu. Menurut Elo, pembelajaran di vokasi Universitas Brawijaya tidak dibedakan antara disabilitas dan non-disabilitas. Terlebih di Universitas Brawijaya pun memiliki Unit Pelayanan Disabilitas yang membantu teman-teman disabilitas dalam berkuliah.
Dengan semangat dan konsistensi Elo, ia pun dapat menginspirasi banyak orang bahwa keterbatasan justru bukanlah hambatan. Ia pun dapat mengejar prestasi akademik melalui pendidikan vokasi sehingga mencapai potensi terbaiknya. (Zia/Cecep)