Cerita Abe: Serunya Kuliah hingga Punya Dosen Favorit di Polandia Berkat IISMA
Jakarta, Ditjen Vokasi - Alberth Jermias Sinlaeloe, mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Kupang, mendapat kesempatan kuliah di University of Information Technology and Management, salah satu universitas ternama Rzeszow Polandia. Albert terbang ke Inggris berkat program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2023.
Abe, sapaan akrabnya, mengaku bahwa kesempatan studi di Polandia menjadi salah satu cita-citanya sejak lama. Oleh karena itu, ketika mendapatkan kesempatan dari IISMA, ia pun tak ingin membuang tersebut. Segala jerih payah ia kerahkan untuk menjadi salah satu awardee IISMA 2023.
“Jujur, sebenarnya sudah ingin ikut IISMA sejak program ini pertama kali dibuka pertama kali untuk mahasiswa vokasi. Tapi, saat itu saya tidak berani mendaftar karena tidak punya uang,” kata Abe.
Meskipun biaya untuk program gratis, namun calon peserta tetap harus mengeluarkan uang terlebih dahulu untuk beberapa dokumen, termasuk untuk tes bahasa Inggris.
“Baik visa maupun asuransi harus dibayar dahulu pakai uang kita sendiri lalu setelah itu baru di-reimburse,” tambah Abe.
Diakui Abe, perjuangan untuk mendapatkan IISMA sangat panjang. Setelah tertunda dua tahun, Abe akhirnya bisa mewujudkan mimpinya di tahun 2023 lalu. Saat ini pun Abe masih berada di Polandia dan dijadwalkan akan kembali ke tanah air pertengahan Februari mendatang.
“November 2022 sampai Januari 2023, saya ikut magang berbayar dari Telkom. Gaji dari magang inilah yang saya gunakan untuk membayar biaya tes bahasa Inggris dan keperluan lainnya,” tambah Abe.
Abe menceritakan, menjadi salah awardee merupakan anugerah baginya. Pasalnya, itu merupakan kali pertamanya untuk hidup mandiri di negara orang. Tentunya, ia merasakan beberapa hal perbedaan yang signifikan selama di Polandia.
Abe menambahkan, salah satu perbedaan yang ia rasakan adalah perbedaan makanan yang sangat berbeda. Menurut pengakuannya, ia harus beradaptasi cukup lama agar terbiasa dengan makanan Polandia.
“Kalau untuk suhu lingkungan saya bisa cepat beradaptasi. Untuk makanan, setelah saya mencoba beberapa makanan khas Polandia saya merasa ini bukan tipe makanan saya jadi saya sangat susah untuk beradaptasi,” tambah Abe.
Menurut Abe, ada satu mata kuliah yang paling ia sukai, yakni Aviation Project 1. Saat itu, ia diminta untuk menganalisis suatu bandara dari sisi business model, ground accessibility, catchment area, socio economic factors (GDP), GDP per capita, immigration, population, age, willingness to travel, income, level of education, foreign trade, unemployment rate, hingga menganalisa jadwal dari bandara untuk dianalisis.
“Saya juga memiliki dosen favorit di sana, Michał Nędza. Beliau merupakan salah satu dosen yang saya senangi karena beliau benar-benar mengajarkan kita dengan sabar dan juga melatih kita untuk berpikir kritis dan juga harus pandai dalam menganalisis suatu data,” ujar Abe. (Nan/Cecep)