760 Ribu Mahasiswa Telah Rasakan Manfaat MBKM
Jakarta, Ditjen Vokasi - Sebanyak 760.000 mahasiswa mulai merasakan dampak positif dari Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sejak 2020. Tidak hanya secara akademik, berbagai program unggulan atau program flagship juga memberikan dampak secara sosial dan ekonomi bagi para pesertanya.
Ketua Pelaksana Pusat Kampus Merdeka (PPKM), Gugup Kismono, saat membuka kegiatan Media Gathering Kampus Merdeka mengatakan bahwa berdasarkan survei yang dilakukan terhadap para alumni program flagship MBKM menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami peningkatan kompetensi, mulai dari kompetensi terkait manajemen diri, komunikasi interpersonal, kepemimpinan, hingga kepercayaan diri.
“Di samping itu, program Kampus Merdeka juga terbukti menghasilkan dampak ekonomi, sosial, dan kelembagaan,” kata Gugup di Jakarta, Jumat (25-8-2023).
Hal tersebut, lanjut Gugup, menghadirkan optimisme akan keberlanjutan terhadap kebijakan MBKM sebagai upaya sinergis untuk mentransformasi penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia serta menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing.
Lebih lanjut, Gugup mengatakan bahwa manfaat berbagai program dalam MBKM tidak hanya dirasakan oleh mahasiswa dan kampus saja, tetapi juga para mitra industri yang terlibat dalam setiap program-program dalam MBKM.
“Mitra untuk program magang, misalnya, membuka lowongan yang semakin banyak karena mereka menilai bahwa ada manfaat yang signifikan yang diperoleh saat mahasiswa magang. Mahasiswa pun tentunya mendapatkan manfaat yang luar biasa,” Gugup menambahkan.
Oleh karena itu, Gugup berharap, MBKM diharapkan bukan hanya berhenti pada program, tetapi menjadi gerakan yang dapat di akselerasi dan disebarluaskan hingga menjadi sebuah budaya pembelajaran yang lebih inovatif.
Sementara itu, Wakil Ketua III Pelaksana Program, Amirmahmud Saatari, menyampaikan berbagai capaian dan dampak implementasi MBKM, khususnya terkait dengan enam program flagship yang diselenggarakan Kemendikbudristek. Keenam program tersebut adalah Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Kampus Mengajar, Praktisi Mengajar, dan Wirausaha Merdeka.
Amirmahmud mencontohkan program MSIB misalnya, dapat menjadi kendaraan mobilitas vertikal mahasiswa karena 36% peserta berasal dari keluarga kurang mampu, 57.64% memiliki orang tua yang tidak pernah kuliah sebelumnya, dan 10.72% memiliki orang tua yang hanya lulusan SD atau tidak lulus SD sama sekali.
“Program MSIB memberikan peluang kepada mahasiswa untuk mendapatkan kesempatan atau tawaran kerja setelah mengikuti program, terbukti dari pengalaman sejumlah alumni program yang memperoleh tawaran pekerjaan dari mitra magang atau studi independen bahkan sebelum mereka lulus dari perguruan tinggi,” kata Amirmahmud.
Selain bermanfaat bagi para mahasiswa selaku peserta program, pemangku kepentingan terkait juga merasakan dampak positif dari pelaksanaan program. Untuk program Kampus Mengajar, manfaat pelaksanaan program dirasakan oleh sekolah sasaran, utamanya pada peningkatan capaian pembelajaran literasi numerasi dengan metode pembelajaran inovatif yang dihadirkan oleh para mahasiswa.
“Lebih dari 89% Kepala Sekolah dan Guru Pamong setuju bahwa program KM berkontribusi membuat murid menjadi lebih semangat, lebih bahagia serta terinspirasi bekerja di bidang keahlian tinggi,” terang Amirmahmud Saatari. (Nan/Cecep)