Persempit Gap Kompetensi, BNET Academy dan SMK Sepakat Bekerja Sama

Persempit Gap Kompetensi, BNET Academy dan SMK Sepakat Bekerja Sama

Jakarta, Ditjen Vokasi - Kebutuhan tenaga kerja di sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK) diproyeksi akan terus meningkat di masa depan. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus mendorong ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang relevan dengan sektor tersebut. 


Dalam rangka mewujudkan pendidikan vokasi yang relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri, khususnya di bidang TIK, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dit. Mitras DUDI), Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi memfasilitasi penandatangan kerja sama antara satuan pendidikan vokasi, dalam hal ini sekolah menengah kejuruan (SMK), dengan PT Zona Edukasi Nasional (BNET Academy). Kerja sama ini melibatkan 41 SMK dengan kompetensi keunggulan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) yang ada di wilayah Purwakarta, Cikarang, dan Karawang, Jawa Barat.


Penandatanganan PKS yang berlangsung di Plaza Insan Berprestasi, Kemendikbudristek pada Senin (9-9-2024) tersebut akan mencakup pada sejumlah hal dalam rangka peningkatan kompetensi dan relevansi para siswa, di antaranya terkait penyelarasan kurikulum, magang siswa dan guru, guru tamu, hingga rekrutmen lulusan.


Direktur Kemitraan dan Penyelarasan DUDI, Adi Nuryanto, dalam sambutannya mengatakan bahwa perjanjian kerja sama tersebut merupakan tindak lanjut dari kegiatan Webinar Sosialisasi Akselerasi Keterampilan dengan PT Wahana Internet Nusantara (BNET) pada 21 Agustus 2024. BNET sendiri merupakan holding company dari BNET Academy.


Adi Nuryanto menilai kerja sama dengan BNET Academy sangat strategis dan diperlukan untuk mewujudkan relevansi pendidikan vokasi dengan industri, khususnya industri bidang TIK. Tidak hanya itu, sebagai industri Internet Service Provider (ISP) lokal asli Karawang, kerja sama dengan BNET juga dinilai selaras dengan tujuan pendidikan vokasi untuk bisa berkontribusi dalam mendorong pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal. 


“Dengan kerja sama ini, kita tidak hanya mendorong relevansi lulusan kita agar bisa memenuhi harapan industri, tetapi juga diharapkan mampu menggerakan ekonomi berbasis potensi lokal,” kata Adi Nuryanto.


Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Tatang Muttaqin, mengatakan bahwa selain menjadi jenis pekerjaan yang sangat dibutuhkan di masa depan, pekerjaan bidang TIK memberikan kesempatan besar bagi pekerja/masyarakat untuk meningkatkan penghasilan. Dengan demikian, para pekerja bidang TIK ini dapat masuk dalam kelompok kelas menengah atau bahkan masyarakat penghasilan tinggi yang sangat dibutuhkan Indonesia saat ini untuk bergerak menjadi negara maju dan keluar dari middle income trap


Oleh karena itu, menurut Tatang, kesempatan serta peluang kerja di bidang TIK yang sangat besar tersebut harus dioptimalkan. Salah satunya adalah dengan kesiapan SDM yang selaras dan relevan serta mampu memenuhi harapan industri TIK yang terus berkembang. Terlebih, satuan pendidikan vokasi yang memiliki kompetensi bidang TIK cukup melimpah di Indonesia.


“Kolaborasi menjadi penting dan sangat krusial sebagai bagian bagaimana mendekatkan industri dengan pendidikan vokasi serta mendorong kontribusi pendidikan vokasi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia,” Tatang menambahkan.

 

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi sendiri, lanjut Tatang, akan terus mendorong pelibatan industri dengan satuan pendidikan vokasi lainnya. Tatang berharap, akan semakin banyak SMK yang bermitra dengan industri, terlebih daerah Purwakarta, Cikarang, dan Karawang merupakan kawasan ekonomi yang memiliki dampak luas bagi perekonomian Indonesia.


Sementara itu, Direktur BNET, Roberto Gustinov, mengatakan pentingnya kerja sama antara industri dengan dunia pendidikan, termasuk dengan SMK. Menurutnya, sejak berdiri pada 2010, BNET menyadari banyak sekali kebutuhan industrinya yang justru disediakan oleh SMK, termasuk terkait dengan ketersediaan SDM. Sayangnya, gap kompetensi yang dibutuhkan oleh industri dan lulusan SMK dinilai masih cukup lebar selama ini.


“Dan ini adalah panggilan kami untuk berkontribusi pada dunia pendidikan dan mempersempit gap antara lulusan dengan kompetensi yang dibutuhkan industri,” kata Roberto.


Pada kesempatan tersebut, BNET Academy juga menyerahkan bantuan Rp1,6 miliar untuk pengadaan sarana dan prasarana serta menunjang program kerja sama teaching factory (Tefa) di tujuh SMK, salah satunya adalah di SMKN 1 Plered, Karawang.


Kepala SMKN 1 Plered, Ajang Sarif Hidayat, yang menjadi salah satu sekolah dalam PKS ini, mengaku sangat terbantu dengan kerja sama yang dilakukan selama ini dengan BNET Academy. Menurutnya, kolaborasi bersama BNET tidak hanya telah mengasah keterampilan dan kompetensi para siswanya, tetapi juga menghasilkan kerja sama dalam pengembangan teaching factory untuk kompetensi keahlian TKJ.


“Saat ini untuk teaching factory yang sudah berjalan adalah ISP yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan internet para siswa kami dan semua dikelola oleh siswa sehingga siswa kami benar-benar bisa memahami bagaimana proses bisnis dalam industri telekomunikasi ini,” kata Ajang. (Nan/Cecep)