Miliki Mobil Truk Kopi, SMKN 1 Sukanagara Cianjur Maksimalkan Pemasaran Kopi
Cianjur, Ditjen Vokasi - Sekolah menengah kejuruan (SMK) di Indonesia kembali berinovasi untuk memaksimalkan pembelajaran dan meningkatkan kompetensi peserta didik. Kali ini, SMK 1 Sukanagara, Cianjur, Jawa Barat memiliki mobil truk kopi sebagai upaya pemasaran kopi sekaligus budi daya dan pengolahan kopi dari hulu ke hilir.
Terletak di ketinggian lebih dari 1.000 Mdpl, SMK ini pun kaya akan hasil perkebunan, khususnya kopi. Untuk mengoptimalkan proses distribusi tersebut, SMKN 1 Sukanagara menyulap mobil truk menjadi kedai kopi yang bisa menjangkau lebih banyak pembeli.
“Mobil truk ini juga sebagai bentuk cara pemasaran atau marketing. Mobil ini digunakan pada mata pelajaran kewirausahaan,” jelas Yuli Triana selaku Kepala SMKN 1 Sukanegara.
Berdasarkan penjelasan Yuli, teknik pemasaran kopi ini sangat efektif sehingga siswa mampu belajar secara langsung dengan mengunjungi pusat-pusat keramaian. Tak jarang, SMKN 1 Sukanagara pun diundang untuk membuka booth di acara-acara, seperti pameran, car free day, dan diundang berbagai macam instansi.
Hasil Upskilling dan Reskilling Guru Vokasi
SMKN 1 Sukanagara sukses dalam melaksanakan budi daya dan pengolahan kopi dari hulu ke hilir. Keberhasilan ini tak terlepas dari tenaga pendidik yang juga kompeten melaksanakan pembelajaran. Salah satunya adalah Kuncoro Sabdo, guru Program Keahlian Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP), yang mengikuti program Upskilling dan Reskilling Guru Vokasi tahun 2023.
Program ini diselenggarakan oleh Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Pertanian (BBPPMPV Pertanian) sebagai unit pelaksana teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi. Pelatihan yang berbasis dunia kerja tersebut pun berhasil mengasah kemampuan Kuncoro sehingga mampu mengimplementasikannya ke sekolah.
“Hasil tindak lanjut pelatihan di BBPPMPV Pertanian adalah mobil truk tersebut. Jadi, selain saya mengimplementasikan pengolahan dan budi dayanya, siswa juga diberikan pembelajaran mengenai cara marketing-nya yang menarik,” tutur Kuncoro.
Lebih lanjut, Kuncoro menjelaskan bahwa selain penggunaan Mobil Truk Kopi, siswa SMKN 1 Sukanagara juga diajarkan teknik budi daya kopi di kebun sekolah. Mereka belajar mulai dari cara memilih bibit unggul, menanam, merawat tanaman, hingga memanen biji kopi. Setelah panen, biji kopi diproses di laboratorium pengolahan yang ada di sekolah sebelum akhirnya dipasarkan melalui mobil truk kopi.
“Produk kopi kami bernama Coziera dan kami sudah rutin mengolah kopi dari 50--100 pcs per bulan,” ujar Kuncoro.
Kopi Coziera ini pun diminati oleh masyarakat setempat. Dengan pengolahan dan budi daya yang optimal, kopi ala SMKN 1 Sukanagara pun menjadi sangat nikmat. Berdasarkan penjelasan Kuncoro, dengan bekal selama ikut pelatihan, standardisasi kebersihan pun menjadi perhatian dalam pengolahan kopi.
“Ini adalah kopi hasil proses para siswa. Kita pun punya tanaman kopi sendiri sekitar 800 sampai dengan 1.000 pohon,” jelas Kuncoro.
Tak hanya sukses mengelola perkebunan kopi pribadi, SMKN 1 Sukanagara pun turut berperan besar membantu para petani kopi melalui program SMK Membangun Desa dengan mengelola perkebunan yang luasnya sekitar 300–-500 hektare di wilayah Sukanagara dan Campaka. (Zia/Cecep)