Kolaborasi Perkuat SDM Kemaritiman

Jakarta, Ditjen Diksi – Mengoptimalkan sistem pembelajaran untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) unggul sektor kemaritiman, Organisasi Buruh Internasional (ILO) bersama Politeknik Negeri Batam (Polibatam) serta Politeknik Maritim Negeri Indonesia (Polimarin) saling bersinergi dan jalin kemitraan. Hal tersebut dilakukan melalui peluncuran program Skills for Prosperity di Indonesia (SfP-Indonesia) secara daring (12/8). Mengusung tema “Politeknik Kuat, Industri Maritim Hebat”, program tersebut turut menggandeng Solent University dan City of Glasgow College guna memberikan dukungan teknis dalam peningkatan dan pengembangan kurikulum, pembangunan kapasitas bagi pengajar dan staf akademik, serta memperkaya proses pembelajaran siswa.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim berharap, kerja sama ini dapat mengembangkan potensi kemaritiman dan melahirkan SDM unggul di bidang kemaritiman. “Kemdikbud-Ristek mencurahkan perhatiannya pada kemaritiman melalui Kampus Merdeka. Kami menghadapi tantangan mengenai penerimaan pekerjaan karena kesenjangan atau ketidakcocokan antara kompetensi dan kebutuhan industri. Karenanya, penting kehadiran industri di sini,” tuturnya.

Nadiem menambahkan, pemerintah terus berusaha untuk melahirkan SDM unggul, termasuk menerapkan sistem kurikulum yang berbasis pada masalah atau problem based learning (PBL). Hal itu dilakukan guna menguatkan sinergi dan kontribusi industri terhadap pendidikan vokasi.

Adapun Menteri Koordinator Pertahanan Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binar Panjaitan menyatakan, Indonesia memiliki potensi sumber daya maritim yang besar. “Oleh karena itu, diperlukan lembaga dan pendidikan vokasi untuk melahirkan SDM yang unggul dan menjadi pemimpin masa depan di bidang maritim,” ujarnya.

Sementara itu Michiko Miyamoto selaku perwakilan dari ILO untuk Indonesia dan Timor Leste mengatakan, keterampilan merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam menguatkan SDM unggul. “Hari ini kita merayakan keberhasilan dan menyambut para mitra kita bahwa peserta didik Indonesia akan berstandar internasional untuk meningkatkan kualitas SDM, terutama sektor maritim ini,” tuturnya.

Senada dengan yang disampaikan oleh Michiko, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins menyampaikan pihaknya sangat senang bisa memberikan keterampilan tingkat dunia untuk program ini. “Saya berharap ini akan menjadi pusat keunggulan di dunia kelautan dan dengan kemitraan pendidikan di kerajaan Inggris. Mereka juga mendapatkan keterampilan dan kompetensi yang tersertifikasi tingkat dunia,” jelasnya.

Pentingnya Kemitraan

Sementara itu Direktur Polmarin Sri Tutie Rahayu dan Direktur Polibatam Uuf Brajawidagda menyambut baik kemitraan dalam program SfP-Indonesia. Sri berharap, melalui program ini seluruh pemangku kepentingan dapat menjalin kemitraan dengan baik untuk dapat mengatasi pendidikan secara dua arah yang sangat menguntungkan satu sama lain. “Upayanya, yaitu meningkatkan kurikulum, menyesuaikan kurikulum berbasis industri yang berstandar internasional, menggandeng industri sebagai dewan penasehat, mempunyai simulator pelaut bertaraf internasional, serta menyediakan layanan ketenagakerjaan ber-platform digital,” jelasnya.

Sedangkan Uuf menambahkan, program ini tidak dapat terwujud tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. “Ke depan, kami berharap kerja sama ini akan berkembang dengan kepentingan-kepentingan yang lain,” ujarnya.

Sebagai penutup, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto menjelaskan betapa pentingnya “link and match” antara satuan pendidikan vokasi dengan industri.  Karenanya, sektor maritim dan pendukungnya harus disiapkan agar SDM bangsa ini dapat menjadi tonggak kehebatan di dunia maritim. Kompetensi, terutama soft skills dan karater, harus terus ditingkatkan.

“Inilah lulusan yang dicari pertama kali oleh industri. Ini adalah the real challenge, yakni kurikulum, dosen, dan riset terapan, harus memastikan bagaimana menciptakan soft skills dan karakter kepada peserta didiknya,” tegas Wikan.

Wikan menambahkan, “link and match” harus dimulai dengan memerdekakan mahasiswa dalam koridor pendidikan. Karenanya, Ditjen Pendidikan Vokasi telah menetapkan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka yang diperkuat dengan “link and match” melalui paket 8+i.

“Ini kita dorong, dan memerlukan mindset baru dari pendidikan tinggi untuk menghasilkan pengajaran yang efektif. Membangun kerja sama dengan industri sangat penting, ini tantangan besar. Dunia industri pun diharapkan maju ke depan, bergotong royong bersama peserta didik agar saling memuaskan,” tutur Wikan. (Diksi/Tan/AP)