Digelar di Semarang, Harganas Bawa Isu Penanganan Stunting

Digelar di Semarang, Harganas Bawa Isu Penanganan Stunting

Semarang, Ditjen Vokasi - Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 akan berlangsung pada Sabtu 29 Juni 2024 mendatang. Penanganan stunting di Indonesia akan menjadi isu prioritas yang dibawa pada puncak perayaaan yang akan digelar di Simpang Lima, Kota Semarang, Jawa Tengah.


Program penanganan stunting menjadi isu prioritas pada Harganas karena stunting menjadi fokus bersama oleh pemerintah pada tahun 2024. Selain itu, Indonesia juga memiliki target untuk menurunkan prevalensi stunting sampai 14 persen di tahun 2024. 


Pemilihan Kota Semarang sebagai lokasi perayaan puncak Harganas juga tidak lepas dari keberhasilan capaian angka prevalensi stunting Kota Semarang. Semarang mengalami penurunan yang signifikan dari 21,3% (2021) menjadi 10,4% (2022). Angka prevalensi ini berada jauh di bawah target nasional tahun 2024 yaitu sebesar 14%. 


Dengan mengusung tema “Keluarga Berkualitas menuju Indonesia Emas”, penyelenggaraan Harganas ke-31 tahun 2024 diharapkan akan menyinergikan gerak dan langkah keluarga Indonesia mencegah stunting. 


Sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sosok keluarga bagi pembangunan bangsa dan negara, peringatan Harganas juga diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menjadi daya ungkit dalam pencapaian program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia serta meningkatkan kepedulian pencegahan stunting. 


Dukungan Vokasi 


Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati, mengatakan bahwa stunting merupakan persoalan kompleks karena menyangkut banyak faktor. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama dan gotong royong dari berbagai pihak, termasuk sektor pendidikan.  


Sebagai jenjang pendidikan yang berperan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul, pendidikan vokasi telah turut berkontribusi dalam penurunan stunting di Indonesia, mulai dari sekolah menengah kejuruan (SMK) hingga perguruan tinggi vokasi. Insan vokasi telah banyak mengaplikasikan ilmu untuk penanganan stunting melalui inovasi-inovasi yang diciptakan atau dilahirkan. 


“Berbagai inovasi telah dihasilkan satuan pendidikan vokasi telah membantu untuk mengakselerasikan penanganan stunting di Indonesia,” kata Dirjen Kiki. 


Dirjen kiki mencontohkan, inovasi jagung bose instan sebagai produk pangan alternatif untuk penanganan anemia remaja putri di Nusa Tenggara Timur (NTT) sekaligus mencegah stunting. Inovasi dosen Politeknik Pertanian Negeri Kupang ini bermanfaat untuk meningkatkan kadar zat besi di kalangan remaja putri. 


Lebih lanjut, Dirjen Kiki menyampaikan bahwa akselerasi penanganan stunting yang dilakukan perguruan tinggi/satuan pendidikan vokasi semakin didukung dengan program Kampus Merdeka. Melalui program ini, mahasiswa dapat mengasah kemampuan dan mempraktikkan ilmunya secara langsung untuk membantu mencegah stunting di masyarakat.


”Banyak juga perguruan tinggi yang memanfaatkan Matching Fund, program Pengabdian Kepada Masyarakat, dan sebagainya untuk program penurunan angka stunting melalui kerja sama dengan pemerintah daerah, maupun stakeholder terkait. Misalnya di Politeknik Negeri Madura yang memanfaatkan Matching Fund untuk penanganan stunting dengan menggandeng pemerintah kabupaten setempat,” ujar Dirjen Kiki.



Sebagai informasi, perayaan Harganas ke-31 tahun 2024 ini akan diisi dengan berbagai kegiatan mulai dari pelayanan KB serentak, promosi  makanan bergizi lokal untuk pencegahan stunting, jambore keluarga (Kabupaten Jepara dan Banyumas), bakti sosial pelayanan KB dan kesehatan di seluruh rumah sakit pemerintah, dan sebagainya. (Nan/Cecep)