Beranikan Diri Buka Usaha, Batik Lampung Sulastri Banjir Cuan

Beranikan Diri Buka Usaha, Batik Lampung Sulastri Banjir Cuan

Lampung, Ditjen Vokasi - Aroma lilin sudah menjadi makanan sehari-hari Sulastri Oktavia sejak 2010. Di usianya yang menginjak akhir 20-an kala itu, ia belajar membatik melalui kursus di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Batik Siger, Lampung. Hingga di satu titik, ia memantapkan hati untuk keluar dari zona nyaman dan membuka usaha sendiri. Kini, ia sukses mengembangkan bisnisnya, bahkan sudah punya omzet puluhan juta.


Perjalanan Sulastri membangun bisnis pun cukup panjang dan berliku. Tak memiliki keterampilan dasar membatik, ia menimba ilmu dengan cekatan. Menurut Sulastri, kursus membatik memberikan ia kesempatan untuk mengasah kemampuannya. Selain itu juga ia bisa menjadi perajin yang melestarikan batik khas Lampung.


“Dulu saya guru PAUD honorer dan jualan serabutan aja, sampai akhirnya saya ikut kursus membatik di LKP Batik Siger,. Perubahan saya mulai dari ikut kursus,” cerita Sulastri menyampaikan kisah pembelajarannya.


Tak langsung bisa, Sulastri belajar dan terus praktik, hingga keuletannya membuahkan hasil. Di akhir 2010, setelah lulus kursus ia langsung bekerja di teaching factory (Tefa) LKP Batik Siger menjadi perajin. Hampir sepuluh tahun Sulastri menjadi perajin di Batik Siger dan mendapatkan berbagai pengetahuan di industri batik.

Keberanian Memulai Usaha


Pada tahun kesembilan, Sulastri memberanikan diri untuk melangkah lebih jauh. Dengan modal pengalaman, keterampilan, dan sedikit tabungan, ia memulai usaha batiknya sendiri, yaitu Batik As-syafa. Awalnya, usahanya dimulai dengan skala kecil. Ia hanya memiliki satu ruang kerja sederhana di rumahnya dan memproduksi batik secara mandiri, mulai dari menggambar pola hingga proses pewarnaan.

Namun, perjalanan ini tidaklah mudah. Sulastri harus menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal pemasaran dan kepercayaan diri sebagai pengusaha pemula. Di tahun 2019 lah, ia merintis usahanya berkat dukungan pula dari LKP Batik Siger.

“Dulu, tantangan terbesar saya adalah pemasaran yang sempat tersendat karena adanya covid-19 di tahun pertama usaha. Untungnya, LKP Batik Siger selalu memotivasi saya,” ungkap Sulastri

Untuk membedakan produknya di tengah pasar yang kompetitif, Sulastri terus berinovasi. Ia menciptakan motif-motif baru yang menggabungkan unsur-unsur lokal dengan desain kontemporer, sehingga batiknya memiliki daya tarik lebih. Selain itu, ia juga mulai menggunakan pewarna alami dari tumbuhan sekitar yang ramah lingkungan, sebuah nilai tambah yang banyak diminati konsumen saat ini.

Sulastri menjelaskan, “Ciri khas batik kami adalah semuanya pakai pewarna alami, mulai dari kulit jengkol, kayu tinggi, kayu mahoni, daun indigofera, sampai kulit buah jalawe.”

Berkat pengalaman dan koneksinya, ia pun sering menghadiri berbagai pameran lokal dan aktif mempromosikan batiknya melalui media sosial. Melalui Instagram @assyafabatiklampung dan @catalog_batik_asyafa, usaha Sulastri pun menjangkau pasar yang lebih luas, tidak hanya di Lampung, tetapi pemasaran sampai ke Aceh, Medan, Jabodetabek, bahkan kota-kota lain di Pulau Jawa.

“Alhamdulillah, omzet rata-rata bisa sampai Rp35 juta dan saya juga sudah punya 13 karyawan,” ungkap Sulastri.

Agen Pelestari Batik Tulis Lampung


Kesuksesan ini tidak hanya membawa perubahan besar dalam hidupnya, tetapi juga bagi komunitas sekitar. Ia memberdayakan beberapa perajin lokal untuk bergabung dalam usahanya, memberikan pelatihan kepada mereka, dan memperluas produksi untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.

“Usia saya sekarang 40, tetapi baru memulai usaha ketika 9 tahun berkarier jadi perajin. Gak ada kata terlambat, terutama dalam melestarikan budaya bangsa,” ungkap Sulastri

Sulastri juga berperan aktif dalam mempromosikan batik sebagai warisan budaya Indonesia di kancah nasional. Ia berharap agar generasi muda lebih mencintai dan melestarikan batik, serta tidak takut untuk berinovasi dalam bisnis yang berbasis tradisi.

Kisah Sulastri adalah contoh nyata bahwa tekad, keberanian, dan inovasi dapat membawa seseorang meraih kesuksesan. Dari seorang perajin batik, ia kini menjadi pengusaha sukses dengan omzet yang terus meningkat dan pemasaran yang semakin luas. Semangatnya dalam melestarikan budaya lokal melalui batik menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama perempuan yang ingin memulai usaha sendiri. (Zia/Cecep)