Ayu, Perajin Muda yang Mengangkat Martabat Tenun Songket Sarolangun

Ayu, Perajin Muda yang Mengangkat Martabat Tenun Songket Sarolangun

Sarolangun, Ditjen Vokasi - Alat tenun gedokan dan benang sudah menjadi sahabat bagi Sri Rahayu Nengsih atau biasa disapa Ayu. Berbekal keyakinan untuk mandiri dan membantu keluarga, gadis 22 tahun tersebut pun merajut impian menjadi wirausahawan muda di bidang kerajinan nusantara.


Melalui program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tekun Tenun dan Kriya 2022, Ayu mengasah kemampuannya dalam menenun. Tak hanya itu, ia pun mendapatkan keterampilan yang diperlukan dalam mengelola bisnis, mulai dari perencanaan hingga pemasaran. Kini, ia pun sudah merintis usaha dengan nama ‘Ayu Tenun’ yang turut melestarikan tenun songket Sarolangun.


“Langkah terbaik saya dalam hidup adalah dengan ikut pelatihan tenun sehingga saya bisa menjadi perajin dan mendapatkan penghasilan,” ujar Ayu.


Setelah lulus program PKW, Ayu mulai merintis usaha bermodalkan alat-alat tenun yang ia dapatkan dari program tersebut. Berawal dari pembuatan satu kain, lama-lama ia pun kebanjiran order. Ia tak hanya menerima orderan dari tetangga sekitar, tetapi juga dari Dekranasda Kabupaten Sarolangun.


“Alhamdulillah, omzet di bulan Juli 2024 mencapai sekitar 6 juta rupiah. Terima kasih Ibu Pembimbing Pelatihan yang sudah dengan sabar membantu melatih dan membimbing saya,” ungkap Ayu. 


Program PKW Tekun Tenun dan Kriya merupakan program kolaborasi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas). Dengan program ini, pemerintah mendukung pelestarian kerajinan nusantara dan melahirkan wirausaha muda. 


Panen Rezeki di Kriyanusa 2024



Berkat kegigihannya menjadi perajin muda, Ayu juga berkesempatan mengikuti pameran Kriyanusa 2024 di Jakarta Convention Center (JCC). Atraksinya menenun di pameran Kriyanusa 2024 selalu menarik perhatian pengunjung. Di anjungan Direktorat Kursus dan Pelatihan, Ditjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, ia beserta alumni program PKW Tekun Tenun dan Kriya lainnya silih berganti memperagakan kebolehannya.


Tak hanya itu, hasil tangannya pun sangat diminati oleh para pengunjung pameran. Untuk mempersiapkan pameran Kriyanusa 2024, ia pun membuat 5 songket khas Sarolangun berupa selendang dan juga kain.


“Alhamdulillah, kain tenun songket saya jual per pasangnya Rp2 juta. Saya senang songket Sarolangun banyak diminati,” ujar Ayu penuh haru. 


Ayu menuturkan bahwa pada umumnya tenun songket Sarolangun memiliki warna-warna cerah, seperti merah dan emas. Menurutnya, dalam membuat songket Sarolangun pun cukup menantang. Ia harus telaten dalam menenun dan menggambar motif karena terkadang jika salah cukup sulit untuk diperbaiki.


Ayu menambahkan, “Terutama kalau benangnya putus, menyambungkannya kembali cukup sulit karena disesuaikan motifnya menggunakan sisir benang.”


Akan tetapi, berkat kecintaannya terhadap kain songket, ia berhasil melewati tantangan demi tantangan itu. Baginya, menenun telah mengubah hidupnya. Maka dari itu, ia pun sangat bersyukur terhadap apa yang sudah ia raih dan ingin mengembangkan kembali usaha rintisannya agar lebih dikenali oleh masyarakat yang lebih luas. (Zia/Cecep)